Total Tayangan Halaman

Sabtu, 07 Januari 2017

Pemuda Mengalami Krisis Identitas

Pemuda Mengalami Krisis Identitas

Detail Diterbitkan pada Senin, Oktober 29 2012 10:20 Dibaca: 1792

Twitter

img4ebceee35e041

 

JAKARTA - Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober tahun ini dinilai dalam kondisi yang mengenaskan secara moral agama. Kebanyakan pemuda saat ini mengalami krisis identitas sehingga menyebabkan perilaku korup. "Pemuda mengalami krisis identitas," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas saat dihubungi Republika, Ahad (28/10).

Hal tersebut terjadi karena pemuda menjadi konsumen budaya hedonisme. Apalagi, banyak pemuda yang turnbuh karena menikmati hasil korupsi yang dilakukan oleh orang tuanya. "Apalagi, orang tua yang krisis diri di depan anak dan tidak berwibawa secara moral. Terutama, orang tua korup yang dengan tenang membawa harta rampokan ke rumah," katanya.

Saat ini, banyak kalangan muda dari berbagai profesi tersangkut masalah korupsi. Di antaranya, M Nazaruddin (34 tahun) yang menjadi terpidana kasus suap Wisma Atlet SEA Games, Angelina Sondakh (35) yang menjadi terdakwa kasus korupsi Kemenpora dan Kemendiknas, Wa Ode Nurhayati (30) yang merupakan terdakwa kasus suap DPPID, Neneng Sri Wahyuni (30) yang menjadi tersangka kasus korupsi PLTS, Gayus Tambunan (33) yang merupakan terpidana kasus korupsi pajak, dan Dhana Widyatmika (38) yang menjadi tersangka kasus korupsi pajak.
Di tempat terpisah, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) berharap agar koruptor benar-benar dimiskinkan atau dihukum rnati demi menyelamal.kan masa dopan pomuda dan bangsa Indonesia. Ketua Umum DPP KNPI Taufan EN Rotorasiko mengatakan, budaya korupsi telah masuk dan merusak semangat kaum muda.

Menghukum mati koruptor, menurut Taufan, perlu dilakukan untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya. Namun, semangat hukum mati koruptor dan memiskinkan koruptor juga didukung oleh pemerintah secara serius sehingga gerakah antikorupsi ini tidak hanya menjadi wacana.

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan, pola pikir pemuda harus diubah karena zaman sudah berubah dan cara perjuangannya pun berbeda.

Tantangan pada era globalisasi adalah pemuda harus pandai mengelola informasi. "Mengelola ini perlu kemampuan khusus," katanya dalam diskusi "Sumpah Pemuda dalam Pertarungan Globalisasi", Ahad (28/10).

Menurutnya, untuk bisa mewarnai dunia, Indonesia harus berhenti borpikir bagaimana menangkis kekuatan asing. "Mewarnai dunia itu bisa dilakukan. Bagaimana Mta mengekspor nilai regional yang kita punya," katanya.

Sayangnya, lanjutnya, hal itu belum dilakukan sepenuhnya di Indonesia. Menurut Anies, kalau ingin mewarnai dunia maka pengembangan tradisi meritokrasi harus dimulai. Karena dengan prinsip itu, fokus pada pengembangan manusia Indonesia bisa tercapai.

Peringatan Sumpah Pemuda juga dilakukan elemen masyarakat yang terdiri atas Yayasan Denny JA, ANBTI, SEJUK, Freedom Institute, Komunitas Salihara, Komnas Perempuan, Jurnal Sajak, Yayasan Abad Demokrasi, dan Moderate Muslim Society. Mereka menggelar kegiatan bertajuk "Indonesia tanpa Diskriminasi (ITD)".

Mereka melakukan senam, sepeda santai, dan kegiatan olahraga lainnya di Bundaran Hotel Indonesia. Kaus yang mereka gunakan warna-warni sebagai simbol koboragaman Indonesia sorta mendeklarasikan Indonesia tanpa diskriminasi. "Terjadi radikalisasi yang berbahaya bagi kelangsungan Indonesia yang majemuk. Indonesia jangan sampai menjadi bangsa yang gagal," kata inisiator kegiatan "Indonesia tanpa Diskriminasi", Denny JA.

Kegiatan di Bundaran Hotel Indonesia ini menjadi puncak dan penutup dari "Pekan Indonesia tanpa Diskriminasi" yang dimulai sejak 21 Oktober 2012. Acara tersebut dibuka oleh kegiatan konferensi pers hasil riset LSI mengenai publik yang semakin tak nyaman dengan keberagaman. Selama tiga hari dilakukan pemutaran lima film Denny JA-Hanung Bramantyo, yaitu Romi dan Yuli dari Cikeusik, Sapu Tangan Fang Yin, Minah Tetap Dipancung, Cinta yang Dirahasiakan, dan Bunga Kering Perpisahan (tentang cinta berbeda agama). Pemutaran film dilanjutkan diskusi publik dengan pembicara, antara lain, Buyung Nasution dan Siti Musda Mulia.

Sumber:  Republika, 29 Oktober 2012

https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/142-pemuda-mengalami-krisis-identitas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar