
Detail Diterbitkan pada Rabu, Januari 21 2015 12:00 Dibaca: 2322
SURABAYA, KOMPAS - Pegiat anti korupsi di Bangkalan, Madura, Javwa Timur, Mathur Husairi (47), ditembak dua orang tak dikenal di depan rumahnya, Selasa (20/1) dini hari. Motif penembakan belum diketahui. Hingga Selasa malam, kondisi Mathur membaik, tetapi belum dapat berbicara.
"KPK berdukacita atas penembakan ini. Kami sedang mencari informasi yang lebih jauh lagi. Mengapa ini menjadi perhatian KPK? Karena Mathur pernah memberikan pengaduan ke kami," ujar Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto di Jakarta. Bambang berharap polisi se-gera dapat mencari tahu pelaku dan motif penembakan tersebut.
KPK saat ini tengah menyidik Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron yang tertangkap tangan setelah menerima suap dari Direktur PT Media Karya Sentosa Antonio Budi Djatmiko. Suap diberikan terkait jual beli gas dari Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore.
Berdasarkan laporan awal yang diterima polisi, Mathur yang merupakan Direktur LSM Center for Islam Democration (Cide) Madura pulang ke rumahnya di Jalan Teuku Umar, Bangkalan, Selasa sekitar pukul 02.00. Ketika hendak membuka pagar rumah, Mathur dihampiri dua orang yang naik sepeda motor.
Mathur ditembak di bagian pinggang kanan oleh salah satu dari kedua orang itu. Kedua pelaku lalu kabur menggunakan sepeda motornya. Mathur yang berusaha mengejar pelaku akhirnya terjatuh dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamrabu, Bangkalan, oleh warga sekitar. Selanjutnya Mathur segera dibawa ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya, karena lukanya parah.
"Kami berharap korban segera membaik dan bisa membantu kami mengungkap pelaku," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Awi Setiyono. Dia menambahkan, Polda Jatim sudah membentuk tim dari Unit Kejahatan dan Kekerasan untuk mengejar pelaku.
Tim dokter RSUD Dr Soetomo berhasil mengeluarkan sebuah proyektil dari tubuh Mathur. Proyektil itu kini diselidiki di Laboratorium Forensik Polda Jatim. Polisi juga sudah memeriksa sejumlah saksi.
Kritis dan vokal
Wakil Direktur Madura Corruption Watch Sahrillah, yang juga rekan Mathur, mengatakan, selama ini Mathur dikenal sangat kritis dan vokal menyuarakan praktik korupsi di Bangkalan. Bahkan, tahun 2011, Mathur juga sudah pernah diteror, yaitu ketika mobilnya dibakar oleh beberapa oknum.
Menurut Sahrillah, sejak tahun 2010 sudah ada empat kasus penyerangan terhadap aktivis anti korupsi di Bangkalan. Tiga aktivis diserang dengan senjata tajam dan satu aktivis (Mathur) diserang dengan senjata api. "Biasanya para aktivis ini diserang dari belakang secara tiba-tiba. Untunglah semua selamat dari serangan itu," katanya.
Meski rentan mendapat teror, Sahrillah mengatakan, para aktivis anti korupsi di Bangkalan tak akan gentar dan terus berusaha menyuarakan kebenaran. Mereka mengaku mendapat bartyak dukungan dan nasihat dari be-berapa pihak di Bangkalan untuk terus berjuang.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Haris Azhar mendesak polisi mengusut tuntas kasus penembakan terhadap Mathur. Jika polisi gagal menuntaskan kasus tersebut, hal itu menjadi bukti minimnya komit-men polisi menjaga demokrasi di Indonesia.
Pengusutan kasus ini menjadi penting karena penembakan ini patut diduga terkait erat dengan upaya pengungkapan korupsi yang dilakukan di Bangkalan. "Penembakan terhadap aktivis anti korupsi merupakan bentuk teror terhadap demokrasi. Demokrasi bersifat anti kekerasan dan anti korupsi," kata Haris.
Kekerasan seperti yang dialami Mathur, lanjut Haris, adalah bagian dari upaya membung-kam masyarakat, khususnya aktivis anti korupsi yang menjalankan fungsi pengawasan publik terhadap pejabat negara. Sejauh ini belum ada kasus kekerasan terhadap aktivis anti korupsi yang dapat diungkap dan pelakunya dihukum berat. Justru para aktivis anti korupsi dituduh melakukan pencemaran nama baik dan dikriminalisasi.
Sumber: Kompas, 21 Januari 2015
https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/2443-pegiat-anti-korupsi-ditembak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar