RELAWAN PENDIDIKAN BUTUH PERHATIAN

Abdul Latief Hasan sudah beruban sebagian rambutnya. Namun semangatnya untuk mengabdi pada dunia pendidikan tidak surut. Walaupun seribu kendala dihadapi dalam menangani harapan masa depan ini dalam belajar. Masalah utama adalah sekolahnya yang masih nomaden dan belum memiliki gedung sekolah permanen.

Setiap akhir pengamatan, Pak Latief harus memutar otak. Bagaimana caranya mendapatkan ruangan siswa barunya di Yayasan Ki Hajar Dewantara.

"Jangankan bermimpi mendapatkan sekolah permanen, kami sangat bersyukur jika berhasil mendapatkan pinjaman untuk menggodok siswa kami agar jadi handal dan bisa bersaing di Sekolah normal" katanya lirih.

"Ini hari-hasil krusial bagi. Jika tak mendapatkan gedung layak untuk anak-anak. Terpaksa kami kembali ke ruang biasa yang tidak yang kurang representatif untuk anak kami untuk belajar" sambil mengelus dada,  

"Sekarang untuk siswa SMA yang diajar di Yayasan perguruan yang didirikan 1983, adalah 104 siswa untuk semua kelas. Sedangkan untuk pelajar SMP adalah 90 yang terdaftar di Yayasan yang sebelumnya mendompleng SD Butung." Terang Alumni SMP Bonepute Luwu.

Sambungnya, tenaga pengajar adalah 15 untuk SMP dan 20 guru tetap di SMA KI Hajar Dewantara. Dia bangga dengan anak binaannya banyak lolos pada universitas unggulan. Meskipun sarana dan prasarana belajar sangat.

Dari dulu kami mendapat fasilitas dari SD Burung, tapi kami tak bisa lagi menggunakannya karena aturan pelarangan sekolah menggunakan fasilitas sekolah negeri.

Mestinya kami harus mandiri jika mengejar mutu pendidikan. Tapi hasil binaan kami sungguh hasilnya sangat membanggakan. Kami mohon bantuan CSR perusahaan besar ada yang dapat membangunkan gedung untuk yayasan kami. Kami hidup untuk mencerdaskan bangsa ini. Semoga ada yang terketuk hatinya untuk membantu kami. Tutup Ketua Yayasan Ki Hajar Dewantara di Jl Andalas sambil mengeja nomor kontaknya