Total Tayangan Halaman

Rabu, 24 Juli 2019

Melokalkan Bahan Baku Industri Pangan" di Menara Kadin Indonesia,

Suasana FGD "Upaya Melokalkan Bahan Baku Industri Pangan" di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Rabu (24/7). (GATRA/Abdurrahman/tss)


Jakarta, Gatra.com – Kepulauan Meranti merupakan salah satu daerah yang sukses mengembangkan komoditas sagu. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti, Makmun Murod mengungkapkan daerahnya memasok hampir 40% kebutuhan sagu nasional, meskipun luas wilayahnya hanya 370 ribu hektare.
“Sagu di Kabupatan Kepulauan Meranti bukan hutan, tapi kita tanam. Kami sudah menanam sagu. Masyarakat sangat tertarik menanam sagu, hampir di tiap kecamatan menanam sagu,” ujarnya dalamForum Group Discussion(FGD) bertajuk “Upaya Melokalkan Bahan Baku Industri Pangan” di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Rabu (24/7). 
Masyarakat setempat sudah menanam sagu sejak 1723. Saat ini wilayah Meranti memiliki 97 kilang sagu yang memiliki total kapasitas 205 ribu ton per tahun dan luas lahan sagu sebesar 54 ribu ha. Pada 2017, produksi sagu dari Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 200 ribu ton per tahun. “Kalau seluruhnya [tanaman] menghasilkan, kita bisa mencapai lebih dari 500 ribu ton hanya dari Meranti,” ungkapnya.
Baca Juga: Kementan Kembangkan Industri Pangan Singkong, Sagu, & Jagung
Selain itu, PT Sampoerna Agro juga mengembangkan area konsesi perkebunan sagu seluas 22 ribu ha. Dari total area konsesi, baru 14 ribu ha yang ditanami dengan produksi 12 ribu ton per tahun. Namun, kapasitas pabrik yang terpasang mencapai 100 ton per hari atau 3 ribu ton per bulan.
“Produktivitas sagu rakyat lebih bagus karena rakyat lebih tahu duluan lokasi yang bagus,” tuturnya. Ada tiga kelas tanah di Meranti berdasarkan kesesuaiannya ditanami tebu. Pertama, kilang manis (tanah mineral kaya bahan organik); kedua, tanah mineral; dan ketiga, tanah gambut.
“Saat ini sagu basah dikirim ke Malaysia 570 ton. Ke depan dengan dukungan Kemenperin (Kementerian Perindustrian) kita punya sentra IKM (Industri Kecil Menengah). Rencananya kita menghasilkan Mie Sagu, Gula Sagu, Beras Analog, dll. Nanti, harapannya tidak ada yang diekspor ke Malaysia,” terangnya.
Baca Juga: Pengembangan Tepung Jadi Kunci Diversifikasi Pangan
Harga sagu basah di daerah itu hanya Rp1.800/kg, sedangkan sagu kering sebesar Rp4.800-5.000/kg, belum termasuk biaya pengangkutan. Sebagian besar sagu tersebut dikirm ke Cirebon, Jawa Barat.
Namun, Ketua Komite Tetap Bidang Ketahanan Pangan Kadin, Fransiscus Welirang mengeluhkan harga terpung sagu masih mahal. Ia menemukan harga tepung sagu kering di pasar sekitar Rp14.500/kg setelah adanya pengiriman dari sentra-sentra produksi.
“Aslinya ada mie sagu yang sangat terkenal. Paling terkenal Jakjae yang dijual di restoran Korea. Ada juga soun yang terbuat dari sagu,” tuturnya.
Fransiscus mengungkapkan perlu adanya standarisasi terkait produksi pangan berbahan baku pangan lokal, termasuk sagu.
 
 

Reporter: Syah Deva Ammurabi 
Editor: Flora L.Y. Barus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar