Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Agustus 2017

NOVEL BASWEDAN, SANG

Kilas Balik KPK :

 

NOVEL BASWEDAN, SANG 

 Mewujudkan perubahan nyata itu tidak pernah mudah. Apalagi mengubahanggapan jahat menjadi anggapan baik, pasti banyak rintangan sulit. Ditertawakan, diremehkan, dicurigai jadi makanan sehari-hari. Makanan mewahnya adalah dicari-cari kesalahannya. Memiliki kecerdikan kancil adalah syarat melewati rintangan ditertawakan, diremehkan, dicurigai sampai dicari salahnya.

Ilmu kancil rasanya sudah menjadi bawaan lahir orang kita. Mohon maklum, orang kita terbiasa saling menipu. Kita orang pasti bisa memaklumimu.

Reformasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dilakukan oleh Tiga Sekawan (Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas) kita yakin dihadang rintangan yang bikin senewen. Sakit kepala yang sakitnya melebihi sakit gigi itu namanya senewen. Obat senewen paling ampuh ya selingkuh. Kata orang kita begindang. Kita orang maklum. 

Kita pun maklum kalau KPK yang berantas korupsi tanpa tebang pilih dianggap jahat bikin senewen Tiga Sekawan. Kita maklum juga besarnya tekanan politik pada Tiga Sekawan yang dituntut mengubah KPK tidak lagi jahat. Kita maklum dan mampu meresapi dilema Tiga Sekawan ketika diminta mengatur arah penyidikan kasus-kasus korupsi supaya sejalan dengan proses politik. Dituduh merusak kedamaian konsolidasi politik tingkat tinggi akibat kejahatan KPK memberantas korupsi tanpa tebang pilih, memang tak enak. 

Menjadi jahat itu memang selalu lebih enak dari menjadi baik.

Akan tetapi, niat bertaubat itu kadang lebih mujarab. Berkat niat taubat, ilmu kancil dan tangan dingin Tiga Sekawan, akhirnya KPK bisa berubah menjadi baik, tak lagi jahat. Kecerdikan Tiga Sekawan menghilangkan jabatan Direktur Penyidikan berhasil membuat KPK sejalan dengan kedamaian politik tingkat tinggi, tanpa diketahui orang-orang. 

Tak apa, kebaikan itu bukan untuk dipamerkan. Meski rakyat ingin KPK tetap jahat dan tak tebang pilih kasus, niat baik harus didahulukan. Tiga Sekawan kami nilai sudah sangat bijaksana memilih kebaikan ketimbang KPK tetap jahat dan tak tebang pilih kasus. Menjaga stabilitas negara, kedamaian politik itu penting. Paduka Yang Mulia Presiden RI itu prioritas utama. Tak bijak menghina beliau dengan tidak menuruti permintaannya agar KPK tak lagi jahat. 

Permintaan Paduka Yang Mulia Presiden RI disikapi Tiga Sekawan KPK dengan bijak. Tugas Tiga Sekawan berikutnya mendamaikan rakyat yang masih terus meminta agar KPK tetap jahat. Ilmu kancil Tiga Sekawan dituntut mampu membuat KPK yang sudah menjadi baik, tetap terlihat jahat dan tak tebang pilih di mata rakyat.

Berkat kecerdikan dan tangan dingin Tiga Sekawan, ditemukan obat penawarnya. Bukan selingkuh karena itu obat senewen. Obatnya adalah pengendalian sumber informasi rakyat (media massa) dan menunjuk ikon medianya (maskot). 

Tiga Sekawan memilih Novel Baswedan sebagai Maskot. Novel Baswedan adalah penyidik yang memenuhi kriteria tersebut. Maskot KPK, tak mesti penyidik andal, lebih penting berpostur cakap, pandai bersilat lidah hingga mampu ikuti alur dan peran sesuai skenario.

Semisal saja, kasus Bupati Buol. Penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Bakti Suhendarman dan Cahyono. Akan tetapi, Novel Baswedan sebagai Maskot yang ditugaskan muncul di panggung berita nasional. Novel Baswedan berperan membawa Tersangka seakan ia yang melakukan penangkapan. Kita orang maklum saja karena memang itu tugas utama Novel Baswedan sebagai Maskot.

Penangkapan Nazarudin juga dilakukan oleh Anas Yusuf, Fadil Imran, Giri dan Arif Adiarsa. Arif Adiarsa adalah petugas yang menelusuri hingga ke Columbia. Tapi untuk membawa Tersangka pada program pemberitaan, Novel Baswedan sebagai Maskot yang dimunculkan.

Keberhasilan program unggulan Tiga Sekawan ini mengangkat Novel Baswedan tidak hanya sebagai Maskot, tapi juga sosok pahlawan pemberantas korupsi. 

Berkat kelenturan Novel Baswedan memainkan peran sesuai skenario, Tiga Sekawan nantinya menempatkan posisi Novel Baswedan mengisi fungsi Direktur Penyidikan. Perbedaannya, Novel Baswedan menjalankan fungsi Direktur Penyidikan tanpa adanya jabatan itu. Perbedaan lainnya, orang yang mengisi fungsi Direktur Penyidikan kali ini adalah Sang Maskot sehingga dapat dikendalikan penuh oleh Tiga Sekawan.

Ramuan ajaib Tiga Sekawan memadukan Media Massa dan Sang Maskot mampu membuat rakyat jahat yang ingin KPK tetap jahat, tak sadar kalau KPK sudah menjadi baik. 

Bergabungnya Novel Baswedan dalam kawanan Tiga Sekawan menyempurnakan KPK. Kehadiran Maskot KPK Novel Baswedan sebagai Kawan Keempat, melengkapi Reformasi KPK yang diwujudkan Tiga Sekawan.

Ilmu kancil dan tangan dingin Tiga Sekawan terbukti mujarab mendamaikan tuntutan atas (politis) dan bawah (rakyat). Berkat keberhasilan Tiga Sekawan mengubah KPK jahat menjadi KPK baik, dipermudahkan urusan hidup mereka. 

Di tangan Tiga Sekawan dan Kawan Keempat, KPK merambah sektor perdagangan yang memberikan kemakmuran. 

Mereka, tak lagi perlu memusingkan cara mengobati senewen. Kemakmuran memudahkan urusan hidup mereka, balasan setimpal atas keberhasilan mengubah KPK jahat yang tak tebang pilih kasus, menjadi KPK baik yang tebang pilih kasus.

Cheers and Salutation buat : Tiga Sekawan dan Kawan Keempat KPK


Tidak ada komentar:

Posting Komentar