Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Agustus 2017

LINIMASA NOVEL & MIRIAM

LINIMASA NOVEL & MIRIAM

 

Sekarang kita akan mengurai dan mengurut kasus E-KTP sesuai fakta dan penafsiran yang disimpulkan hampir semua pemirsa. Kompetisi antara penyidik KPK Novel Baswedan dan Tersangka Miriam S Hariani menjadi penentu arah seluruh pergerakan wacana E-KTP.

1. Kesaksian Miriam

Setelah ditetapkan sebagai Tersangka oleh KPK, Miriam memberikan kesaksian kasus E-KTP. Kesaksian Miriam dalam BAP kasus E-KTP dinilai KPK sangat lengkap dan memiliki sistematika yang runut. 

Sikap kooperatif Miriam dianggap sebagai kecerobohan dan ia diberi cap 'terlalu polos' oleh rekan-rekannya di DPR. KPK pun menjadi lebih pede maju ke persidangan, bermodal BAP Miriam yang sangat lengkap dan runut.

Simpati pemirsa pun mendukung kuat pada KPK dalam penuntasan kasus E-KTP.

 

2. Miriam Cabut BAP

Ketika persidangan kasus E-KTP dimulai, Miriam membuat kejutan. Secara tiba-tiba, Miriam mencabut seluruh kesaksiannya dalam BAP yang menjadi dasar digelarnya persidangan. 

Sewaktu ditanya hakim persidangan, Miriam mengatakan pencabutan BAP dilakukan atas rekomendasi penasihat hukumnya, Elsa Syarif. Menurut Miriam, kesaksian yang ia berikan dalam BAP dihasilkan atas tekanan dari 3 Penyidik KPK (termasuk Novel Baswedan). 

Meski alasan Miriam sempat diragukan hakim (karena faktor kelengkapan dan sistematika kesaksian yang runut), pencabutan BAP pun akhirnya direalisasi. Bahkan Miriam memilih terkena pelanggaran baru, yakni kesaksian palsu. 

Langkah kontroversial ini menimbulkan tanda tanya dari pemirsa.

3. Novel Sebut 6 Politisi Desak Miriam Cabut BAP

Penyidik KPK Novel Baswedan bantah tuduhan Miriam soal 3 Penyidik tekan Miriam berikan kesaksian dalam BAP.

Novel pun menyebut 6 Politisi DPR yakni : Bambang Soesatyo (Golkar), Aziz Sjamsuddin (Golkar), Sarifudin Suding (Hanura), Masinton Pasaribu (PDIP), Desmond J Mahesa (Gerindra) dan satu yang tidak ia sebutkan, sebagai pihak yang mendesak Miriam mencabut BAP. 

Bantahan Novel soal tuduhan Miriam yang mengaku ditekan 3 Penyidik KPK (termasuk Novel), mengembalikan simpati pemirsa kepada Novel.

4. Polemik Siapa Tekan Miriam

Pernyataan Novel Baswedan yang menyebut 6 Politisi dari 4 Parpol (Golkar, Hanura, PDIP, Gerindra) sebagai pihak yang mendesak Miriam cabut BAP, menimbulkan polemik panas. 

Para politisi yang disebut Novel membantah telah mendesak Miriam cabut BAP. Sewaktu 6 politisi meminta klarifikasi, Novel mengaku 6 nama itu didapat dari keterangan Miriam. Saat Novel dan Miriam dikonfrontasi di pengadilan, Miriam bantah telah menyebut 6 nama politisi kepada Novel.

Miriam mempertahankan argumennya bahwa pencabutan BAP dilakukan karena kesaksiannya diberikan atas unsur paksaan akibat tekanan dari 3 Penyidik KPK. Miriam sempat mengimbau Novel agar menjadi penyidik yang baik saat konfrontasi keduanya.

Hasil konfrontasi ini memberikan simpati positif pemirsa kepada Miriam.

5. Novel Disiram Air Keras

Tak lama setelah konfrontasi Novel dan Miriam soal Polemik BAP, terjadi penganiayaan berupa penyiraman Air Keras ke wajah Novel Baswedan di dekat tempat tinggalnya.

Peristiwa penganiayaan ini membuat Novel Baswedan mengalami luka serius dan harus dirawat cukup lama di Rumah Sakit. 

Setelah kemenangan Miriam pada konfrontasi di pengadilan, serangan kepada Novel mengembalikan simpati pemirsa kepada Novel. Pemirsa menduga 6 Politisi DPR dmenjadi otak penganiayaan Novel.

6. Dua Terduga Pelaku Terekam CCTV

Terekamnya 2 pelaku penganiayaan Novel menjadi sorotan media dan viral di social media. Kepolisian pun fokus pengejaran pada 2 pelaku berdasarkan data rekaman CCTV.

Selain memburu 2 terduga pelaku, kepolisian juga mengejar pihak yang diduga menjadi otak di balik penganiayaan Novel.

Simpati pemirsa sepenuhnya mendukung Novel dan berharap kepolisian dapat segera menuntaskan penganiayaan Novel.

7. Miriam Diduga Otak Penganiayaan Novel

Kepolisian mengumumkan Miriam sebagai salah satu pihak yang diduga menjadi otak penganiayaan Novel. Sesudah konfrontasi dengan Novel di pengadilan terkait polemik BAP, Miriam menghilang, bersamaan dengan terjadinya penganiayaan terhadap Novel.

Alasan itu yang membuat kepolisian menduga Miriam terlibat sebagai otak penganiayaan Novel. Perburuan mencari Miriam berlangsung cukup lama, hingga akhirnya berhasil ditangkap di kawasan Jakarta Selatan.

Pemirsa pun semakin memberikan simpatinya kepada Novel, dampak berhasil ditangkapnya Miriam yang termasuk dalam terduga otak penganiayaan Novel.

8. Novel Sebut Jenderal Polisi di Balik Air Keras

Secara mengejutkan, Novel memberikan pernyataan ke media massa dan menyebut keterlibatan Jenderal Polisi di balik penganiayaan dirinya. Tuduhan Novel diperkuat pernyataan Bambang Widjojanto dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dahnil Anzar yang menceritakan ulang pengakuan Novel soal adanya pengintai sebelum penganiayaan. 

Beredarnya foto 2 orang diduga pengintai Novel yang dipotret oleh tetangga Novel memperkuat tuduhan Novel. Hasil penelusuran kepolisian terhadap 2 orang terduga pengintai Novel mengungkap 2 orang yang dimaksud adalah Mata Elang Polda yang biasa kerjasama dengan jasa kredit kendaraan untuk memantau nasabah dan aset kredit.

Fakta ini semakin memperkuat tuduhan keterlibatan Jenderal Polisi. Simpati pemirsa kepada Novel pun kian menguat. Kepolisian dinilai akan kesulitan mengungkap kasus penganiayaan Novel akibat keterlibatan Jenderal Polisi. 

9. DPR Bentuk Pansus Angket KPK

Secara paralel, penguatan simpati pemirsa kepada Novel pasca bergulirnya wacana Jenderal Polisi di balik penganiayaan Novel, DPR membentuk Pansus Angket KPK. 

6 politisi yang sempat dituduh Novel desak Miriam cabut BAP, menjadi tokoh utama di balik terbentuknya Pansus Angket KPK.

Meski tidak secara terbuka dinyatakan, pemirsa menilai pembentukan Pansus Angket KPK untuk mengimbangi penguatan posisi Novel yang semakin kokoh sejak penganiayaan dirinya, tertangkapnya Miriam dan tuduhan keterlibatan Jenderal Polisi di balik penganiayaan Novel.  

10. Polemik Rekaman BAP Miriam

Gebrakan perdana Pansus Angket KPK adalah meminta KPK membuka rekaman Audio Visual penyusunan BAP Miriam. Pansus menilai, dibukanya rekaman BAP Miriam adalah faktor kunci mengungkap siapa yang menekan Miriam.

Rekaman BAP menjadi pertaruhan besar baik bagi Pansus maupun KPK. Jika rekaman BAP tunjukkan 3 Penyidik KPK (termasuk Novel) menekan Miriam, maka tuduhan Novel soal 6 politisi desak Miriam cabut BAP adalah kebohongan yang disengaja. Sebaliknya, jika rekaman BAP tidak tunjukkan 3 Penyidik KPK tekan Miriam, maka 6 politisi benar mendesak Miriam cabut BAP.

Karenanya, kalau KPK tidak berani membuka rekaman BAP, maka 3 Penyidik KPK benar telah menekan Miriam.

KPK agaknya cukup lihai membaca Psywar yang dilancarkan Pansus. KPK mengatakan, rekaman BAP akan dibuka asalkan ada permintaan resmi dari pengadilan. Hingga saat ini rekaman BAP belum juga dibuka. Pemirsa pun dalam posisi menanti. Isi rekaman BAP akan menjadi faktor kunci menentukan siapa yang bermain di kasus E-KTP, apakah Pansus atau KPK

11. Polemik Miriam Ditekan Hanura

Secara paralel, Miriam kembali melakukan langkah kontroversial yang mengejutkan.

Di satu sisi Pansus Angket KPK masih mendesak dibukanya rekaman BAP Miriam guna mengungkap siapa yang menekan Miriam, 3 Penyidik KPK (saat penyusunan BAP) ataukah 6 politisi DPR (saat pencabutan BAP).

Di sisi lain, Miriam menyatakan telah ditekan oleh 2 politisi Hanura dengan inisial FA dan DA. Versi baru Miriam ditekan 2 politisi Hanura ini digulirkan melalui pengacaranya, Elsa Syarif.

Klaster baru yang dibuka Miriam dan Elsa menyasar 2 politisi Hanura ini langsung disambut KPK dengan menyempurnakan klaster FA dan DA yang baru dibeberkan, dengan perburuan KPK pada Markus Nari (Golkar) yang disebut sebagai koordinator pembagian dana kepada FA dan DA yang kemudian diberikan pada Miriam. KPK kemudian melengkapi berkas kasus Miriam pada klaster Hanura (FA, DA) dan Golkar (Markus Nari).

12. Jokowi Tak Ingin KPK Lemah

Serangkaian polemik seputar kasus E-KTP yang berkembang hingga membuka pertarungan Pansus Angket vs KPK, kemudian tekanan politik soal belum tuntasnya kasus penganiayaan Novel, hingga bergulirnya wacana pelemahan KPK, memicu Presiden Joko Widodo angkat bicara.

Presiden dengan tegas menyatakan tidak ingin KPK lemah. Pernyataan Presiden sekaligus menunjukkan Istana berupaya netral dan tidak akan ikut campur dalam polemik yang terjadi.

Pemirsa menyambut positif pernyataan Presiden terkait polemik yang ada.

13. Perkuat KPK, Polri Bentuk Densus Tipikor

Menyusul instruksi Presiden Joko Widodo yang menyatakan tidak ingin KPK lemah, serta pertemuan Kapolri Tito Karnavian dengan Komisi III DPR RI dan Presiden, Polri membentuk Densus Tipikor untuk memperkuat pemberantasan korupsi oleh KPK.

Divisi Tipikor dalam Bareskrim Polri akan dipindahkan seluruhnya ke Densus Tipikor yang akan bekerja sama dengan KPK.

Langkah Polri membentuk Densus Tipikor dan berada satu barisan dengan KPK, cukup mengejutkan pemirsa. Sebelumnya pemirsa menduga Polri akan berada di barisan Pansus Angket KPK di DPR. Gebrakan ini cukup memberikan simpati positif kepada Polri sekaligus memunculkan sejumlah pertanyaan terkait perubahan haluan Polri.

14. KPK Tetapkan Setya Novanto Tersangka

Bergabungnya Polri di barisan KPK melalui pembentukan Densus Tipikor, KPK langsung membuat gebrakan dengan penetapan Ketua Umum Golkar sekaligus Ketua DPR RI sebagai tersangka kasus E-KTP.

Meski pemirsa bertanya-tanya apakah KPK mampu benar-benar menjebloskan Setya Novanto ke dalam penjara, terlihat adanya degradasi kepercayaan diri Pansus Angket KPK.

Pemirsa kini menanti langkah apa yang akan dilakukan Setya Novanto terkait penetapan tersangka dirinya.

15. Oposisi Mundur, Pansus Dikuasai Status Quo

Gerindra mendadak mundur dari Pansus Angket KPK. Penjelasan Gerindra, langkah mundur disebabkan Pansus Angket menjadikan tahanan korupsi sebagai saksi untuk menyerang KPK. PAN juga memberi sinyal kuat mundur dari Pansus Angket KPK. PKS sejak awal memang tidak bergabung dalam Pansus. Demokrat menyatakan menyambut baik langkah oposisi mundur dari Pansus Angket.

Dengan mundurnya oposisi, Pansus Angket KPK kini tersisa parpol dari kubu Status Quo. Perubahan situasi yang terjadi dengan cepat ini menarik perhatian pemirsa, khususnya terkait pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa pemerintah tidak ingin KPK lemah, namun di sisi lain Pansus Angket yang tengah berseberangan dengan KPK, dinilai pemirsa akan melemahkan KPK. Pemirsa kini menanti perkembangan selanjutnya dari perubahan situasi yang terjadi belakangan.

16. Pemulihan dan Manuver Baru Novel

Pulihnya Novel Baswedan dari perawatan intensif pasca penganiayaan air keras yang sudah lebih dari 100 hari belum juga tuntas, tak membuatnya putus semangat.

Novel langsung memberikan pernyataan keras kepada Pansus Angket KPK dengan mengatakan Pansus seperti Anak Kecil. Novel tampaknya memanfaatkan pelemahan posisi Pansus Angket menyusul penetapan tersangka Setya Novanto dan mundurnya oposisi dari Pansus Angket KPK.

Selain itu, Novel juga langsung menggulirkan kembali wacana keterlibatan Jenderal Polisi di balik penganiayaan dirinya.

Positioning Novel dalam manuver terbarunya menjadi sorotan pemirsa, karena situasi sudah berubah namun sasaran tembak Novel masih sama. Pansus Angket yang kini diserang Novel, bukan lagi dikuasai oposisi, melainkan Status Quo. Kemudian langkah Novel meragukan Polri juga menarik mengingat kini Polri berada di barisan KPK, barisan yang sama dengan Novel.

Pemirsa kini menanti arah baru Benang Kusut E-KTP pasca serangkaian perubahan konstelasi yang cukup liar. 

Apakah Ada yang aneh?

 

Pemirsa yang saya hormati,

Setelah membaca uraian di atas, sudahkah memahami Gerak-Gerik yang terjadi terkait Benang Kusut Kasus E-KTP?

Apakah kita sudah melihat kejanggalan-kejanggalan yang sama?

Nanti kita cocokkan ya penafsiran yang diperoleh Gerak-Gerik dengan penafsiran yang pemirsa peroleh dari uraian hasil investigasi ini. Yuk lihat uraian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar