Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Agustus 2019

PENDIDIKAN DAN DIALEKTIKANYA Oleh : Agustam Agustan

PENDIDIKAN DAN DIALEKTIKANYA
Oleh : Agustam Agustan

Nabire, News Tipikor- Ibarat 'KATA', Pendidikan pun mengambil posisi netral, tetapi tafsir manusia-lah yang membuatnya memihak (ivan lee).

Mengasah ketajaman jiwa secara terus-menerus dan konsisten pula, akan menemukan hakikat pencapaian ilmu itu sendiri. Dengan catatan pula mampu menjawab dan mengaplikasikan dalam dunia nyata.

Tiga proteksi pendidikan di abad 21, yaitu karakter ahlak (moral dan kinerja), kompensi, dan yang paling penting adalah literasi itu sendiri ( keterbukaan wawasan).Anis Baswedan. Adalah sebuah komposisi yang ideal untuk menjawabnya.

Keterbelakangan peradaban ke ilmuan akan tetap abadi sepanjang masa bila tidak dibenahi dengan kerja eksta.

Untuk itu hal yang perlu diperhatikan adalah berupaya semaksimal mungkin mencerdaskan diri sendiri dengan cara bertarekat, bersyariat, dan mengambil hikmah dengan hakikatnya, berpikir jauh ke depan, menentukan tata urutan waktu yang tepat dan jelas pula, kapan dan dimana menempatkan proteksi yang utama.

Suka maupun tidak suka, dapat dipastikan akan terjadi perubahan yang mendasar dan mengalami pula pergeseran nilai-nilai pemikiran secara fundamental, cenderung revolusioner, dan bisa jadi akan ingklusif dalam kurung waktu yang panjang bila tidak segera menyadari untuk diperbaiki.

Era distrupsi pendidikan  tidak sekedar sebagai rujukan (2017), tentang pemetaan peluang dan tantangan khususnya dunia pendidikan, tetapi sejauh mana mem-polarisasi konsep-konsep pendidikan itu di ranah paling rendah(madrasah rumah tangga) sampai ke perguruan-perguruan tinggi dengan memberi ruang dan akses seluas-luasnya.

Digitalisasi pendidikan yang ditawarkan era distrupsi 4.0 tentu menimbulkan konsukwensi tersendiri, di sisi lain perlu ketajaman, kualitas sumber daya manusia untuk menjawab atau menyelesaikan persoalan tersebut.

Pemangku kepentingan yang bernaung di lembaga pendidikan(akademik), maupun lembaga non partisan, LSM atau NGO-NGO, perlu merumuskan  masalah yang membentang dan nyata-nyata di depannya menyangkut pendidikan.

Komitmen untuk menata layani apa yang menjadi pangkal masalah atau persoalan-persoalan ini perlu diapresiasi dengan cara mencari jalan keluarnya.

Paradigma yang positif akan perubahan, gesit dalam merespon tanda-tanda atau dinamika yang berkembang, baik yang ke hilir maupun sebaliknya.

Mengantisipasi akan hal tersebut tentu di perlukan referensi-referensi yang berkaitan erat pola pembelajaran dasar dan memungkinkan belajar sendiri, mencari informasi sendiri, waktu sendiri demi kepentingan yang berkelanjutan.

Nabire, agustus-2019 (sherly ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar