Warga Kera-Kera
Belum Dapat Akses Layanan Air Bersih
Makassar-Tipikor Investigasi-Warga Desa Kera-Kera
di Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, mengeluh karena hingga
kini belum terjangkau layanan air Perusahaan Daerah Air Minum
Makassar. Padahal kebutuhan air bersih termasuk salah satu kebutuhan
pokok utama selain kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hak untuk mendapatkan air bersih merupakan
salah satu dari hak asasi manusia.
Ironis memang, karena pada
tahun 2010 tepatnya akhir bulan Juli, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mendeklarasikan air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia.
Melalui proses voting, 122 negara menyetujui resolusi air sebagai hak asasi
manusia dan 41 negara menyatakan abstain. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara yang menyetujui resolusi ini. Sayang jika masih ditengah kota Metropolitan seperti
Makassar ini, masih ada daerah yang belum mendapatkan layanan air bersih.
"kami sudah berulangkali menghubungi PDAM sebagai penanggung jawab pengadaan air bersih di kota Makassar. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda daerah kami disini bakal mendapat fasilitas air bersih” tutur Ardi, salah seorang warga Kera-Kera.
“Kami disini seperti dianak tirikan,
sebagai warga kota metropolitan Makassar, kami mendapatkan perlakuan yang jauh
berbeda dengan Universitas Hasannuddin (Unhas,red) , yang jaraknya hanya sekali
lempar orang dewasa dari wilayah kami” Rudi Dg Sewang menimpali.
Belum pernah PDAM berupaya
memfasilitasi pengadaan air bersih, meski sudah ada jaringan pipa terpasang di
sekitar Unhas , namun kenyataannya tetesan air bersih
itu masih jauh dari jangkauan warga yang bermukim disamping kampus Unhas.
Menurut Basri, yang jga tiinggal di Kera-Kera, hal itu sangat ironis, mengingat kampus termegah di Kawasan Timur Indonesia mendapat layanan PDAM, sementara warga Kera-Kera yang berlokasi disamping kampus, belum mendapatkan layanan air bersih. Padahal wilayah itu juga pernah menjadi pilot proyek dari Program Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) periode 2008 – 2001 dengan anggaran milyaran rupiah.
Menurut Basri, yang jga tiinggal di Kera-Kera, hal itu sangat ironis, mengingat kampus termegah di Kawasan Timur Indonesia mendapat layanan PDAM, sementara warga Kera-Kera yang berlokasi disamping kampus, belum mendapatkan layanan air bersih. Padahal wilayah itu juga pernah menjadi pilot proyek dari Program Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) periode 2008 – 2001 dengan anggaran milyaran rupiah.
Program (Pamsimas) terbengkalai setelah proyek nasional tersebut terealisasi 2010. Meski program nasional ini, telah habiskan dana miliran rupiah untuk membangun lebih dari sepuluh tangki dan bak air, termasuk pengadaan pipa, namun kenyataannya hingga kini fasilitas itu tak bisa berfungsi. Padahal fasilitas Pamsimas tersebut sudah terkoneksi dengan pipa PDAM yang ada disekitar Kera-Kera.
Pamsimas adalah program penyediaan air
minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi
masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini
didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan
Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Untuk program di Kera-Kera
sendiri, proyek bantuan nasional ini mendapat dukungan dari Pemkot Makassar.
Pemkot Makassar juga mengeluarkan dana pendamping sekitar Rp557 juta dari APBD
2009 agar warganya dapat menikmati air bersih.
Sebagaimana kita ketahui, sebenarnya pendanaan
proyek Pamsimas melalui sumber dana kredit IDA (International Development
Association) No. Cr. 4204-IND, Rupiah Murni dan Rupiah Murni Pendamping dari
APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota, dan Dana Kontribusi Masyarakat.
Makanya sangat disayangkan jika hasil program ini menjadi mubazir alias tidak
dapat diberdayakan. Padahal dananya berasal dari utang luar negeri yang harus
kita bayar.
Menurut
hasil penelusuran Tipikor Investigasi di lapangan, bak, tangki dan bangunan kamar mandi yang di
tempatkan didekat sekolah, masjid dan rumah penduduk, tidak dapat berfungsi
sama sekali.
Ternyata kondisi warga Kera-Kera bertambah sulit saat musim kemarau, karena harus mengambil air sumur yang berada di kawasan Unhas untuk keperluan sehari-harinya.
Sementara apabila warga harus membuat
sumur, harus menggali hingga kedalaman 15 meter untuk mendapatkan air, karena
tanahnya bercampur bebatuan. Sedang hasil galian sumur itu terasa asin,
sehingga tidak layak dikonsumsi.
Ketika dikonfirmasi terkait persoalan ini, Dr
Akbar, Direktur Umum PDAM Kota Makassar membenarkan bahwa disekitar samping
kampus Unhas Tamalanrea itu belum tersentuh aliran air bersih dari PDAM.
“Belum, belumpi ada jaringan disitu. Dan belum
ada penyambungan diwilayah itu. Hal ini disebabkan jaringan PDAM belum sampai
kesana, baru sampai di Unhas saja jaringan pipa PDAM” kilah pria yang akrab
disapa Ompe ini.
Dia menjelaskan bahwa sebenarnya warga Kera-Kera
beberapa kali mengajukan permohonan ke PDAM, baik secara perorangan, maupun
secara berkelompok. Persoalan utamanya belum ada pipa instalasi PDAM yang dapat
menjangkau lokasi itu.
Menyikapi mubazirnya fasilitas yang dibangun dari
program Pamsimas, Akbar berpendapat “ Tidak, tidak mubazir ji itu, memang
jaringan instalasi belum tersambung ke daerah itu. Tetap akan berfungsi nanti
jika ada sambungan disana.
“Mudah-mudahan
dalam waktu dekat ini, pembangunan instalasi dibagian Timur Makassar nantinya
dapat mengakomodir warga Kera-Kera”. Janji pria kelahiran Sidrap yang juga
masih dosen di jurusan Ilmu Komunikasi Unhas ini, menutup pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar