Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Mei 2013

Warga Kera-Kera Belum Dapat Akses Layanan Air Bersih


Warga Kera-Kera Belum Dapat Akses Layanan Air Bersih
Makassar-Tipikor Investigasi-Warga Desa Kera-Kera di Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, mengeluh karena hingga kini belum terjangkau layanan air Perusahaan Daerah Air Minum Makassar. Padahal kebutuhan air bersih termasuk salah satu kebutuhan pokok utama selain kebutuhan sandang, pangan dan papan.  Hak untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Ironis memang,  karena pada tahun 2010 tepatnya akhir bulan Juli, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia. Melalui proses voting, 122 negara menyetujui resolusi air sebagai hak asasi manusia dan 41 negara menyatakan abstain. Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara yang menyetujui resolusi ini. Sayang jika masih ditengah kota Metropolitan seperti Makassar ini, masih ada daerah yang belum mendapatkan layanan air bersih.


"kami sudah berulangkali menghubungi PDAM sebagai penanggung jawab pengadaan air bersih di kota Makassar. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda daerah kami disini bakal mendapat fasilitas air bersih” tutur Ardi, salah seorang warga Kera-Kera.

“Kami disini seperti dianak tirikan, sebagai warga kota metropolitan Makassar, kami mendapatkan perlakuan yang jauh berbeda dengan Universitas Hasannuddin (Unhas,red) , yang jaraknya hanya sekali lempar orang dewasa dari wilayah kami” Rudi Dg Sewang menimpali.

Belum pernah PDAM berupaya memfasilitasi pengadaan air bersih, meski sudah ada jaringan pipa terpasang di sekitar Unhas , namun kenyataannya tetesan air bersih itu masih jauh dari jangkauan warga yang bermukim disamping  kampus Unhas.

Menurut Basri, yang jga tiinggal di Kera-Kera, hal itu sangat ironis, mengingat kampus termegah di Kawasan Timur Indonesia mendapat layanan PDAM, sementara warga Kera-Kera yang berlokasi disamping kampus, belum mendapatkan layanan air bersih. Padahal wilayah itu juga pernah menjadi pilot proyek dari Program
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) periode 2008 – 2001 dengan anggaran milyaran rupiah.

Program (Pamsimas) terbengkalai setelah proyek nasional tersebut terealisasi 2010.  Meski program nasional ini, telah habiskan dana miliran rupiah untuk membangun lebih dari sepuluh tangki dan bak air, termasuk pengadaan pipa, namun kenyataannya hingga kini fasilitas itu tak bisa berfungsi. Padahal fasilitas Pamsimas tersebut sudah terkoneksi dengan pipa PDAM yang ada disekitar Kera-Kera.
Pamsimas adalah program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan. Untuk program di Kera-Kera sendiri, proyek bantuan nasional ini mendapat dukungan dari Pemkot Makassar. Pemkot Makassar juga mengeluarkan dana pendamping sekitar Rp557 juta dari APBD 2009 agar warganya dapat menikmati air bersih.
Sebagaimana kita ketahui, sebenarnya pendanaan proyek Pamsimas melalui sumber dana kredit IDA (International Development Association) No. Cr. 4204-IND, Rupiah Murni dan Rupiah Murni Pendamping dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/kota, dan Dana Kontribusi Masyarakat. Makanya sangat disayangkan jika hasil program ini menjadi mubazir alias tidak dapat diberdayakan. Padahal dananya berasal dari utang luar negeri yang harus kita bayar.
Menurut hasil penelusuran Tipikor Investigasi di lapangan,  bak, tangki dan bangunan kamar mandi yang di tempatkan didekat sekolah, masjid dan rumah penduduk, tidak dapat berfungsi sama sekali.

Ternyata kondisi warga Kera-Kera bertambah sulit saat musim kemarau, karena harus mengambil air sumur yang berada di kawasan Unhas untuk keperluan sehari-harinya.
Sementara apabila warga harus membuat sumur, harus menggali hingga kedalaman 15 meter untuk mendapatkan air, karena tanahnya bercampur bebatuan. Sedang hasil galian sumur itu  terasa asin, sehingga tidak layak dikonsumsi.

Ketika dikonfirmasi terkait persoalan ini, Dr Akbar, Direktur Umum PDAM Kota Makassar membenarkan bahwa disekitar samping kampus Unhas Tamalanrea itu belum tersentuh aliran air bersih dari PDAM.
“Belum, belumpi ada jaringan disitu. Dan belum ada penyambungan diwilayah itu. Hal ini disebabkan jaringan PDAM belum sampai kesana, baru sampai di Unhas saja jaringan pipa PDAM” kilah pria yang akrab disapa Ompe ini.
Dia menjelaskan bahwa sebenarnya warga Kera-Kera beberapa kali mengajukan permohonan ke PDAM, baik secara perorangan, maupun secara berkelompok. Persoalan utamanya belum ada pipa instalasi PDAM yang dapat menjangkau lokasi itu.
Menyikapi mubazirnya fasilitas yang dibangun dari program Pamsimas, Akbar berpendapat “ Tidak, tidak mubazir ji itu, memang jaringan instalasi belum tersambung ke daerah itu. Tetap akan berfungsi nanti jika ada sambungan disana.
 “Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, pembangunan instalasi dibagian Timur Makassar nantinya dapat mengakomodir warga Kera-Kera”. Janji pria kelahiran Sidrap yang juga masih dosen di jurusan Ilmu Komunikasi Unhas ini, menutup pembicaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar