PENGANIAYAAN SISWA OLEH GURU SMUN 22 Makassar
Penganiayaan Guru
terhadap siswanya terjadi di SMUN 22 Makassar pada hari Jumat, (7/4/2013).
Siswa yang bernama Andi Syafrimal menerima gamparan dimukanya dari seorang guru
olahraga bernama Syamsul karena berkelahi denga siswa lain didalam kelas. Tidak sampai disitu, Wowo, begitu siswa yang
tinggal di Bumi Sudiang Permai, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ini sempat
ditendang oleh guru yang bernama Kamaruddin. Bahkan nyaris saja dihantam kursi
pada bagian kepalanya jika tidak dicegah oleh salah satu guru perempuan
disekolah itu.
Ibu korban saat
ditemui Tipikor Investigasi dikediamannya mengakui jika anaknya yang duduk di
kelas 11 IPA 4 itu benar telah mendapatkan penganiayaan dari gurunya. Akibatnya
sang anak mengalami memar pada bagian muka dan kaki akibat penganiayaan yang
dilakukan oleh dua oknum guru. Dia berencana akan melakukan visum terhadap
penganiayaan yang dilakukan oleh kedua guru SMUN 22 Makassar itu. “Kami tinggal
menunggu anaknya pulang sekolah untuk dibawah ke dokter untuk divisum”
tegasnya.
Saat Tipikor Investigasi
mendatangi SMUN 22 yang bersebelahan dengan Gedung Diklat Pemuda Sudiang ini, untuk
meminta konfirmasi pihak sekolah, sekolah sudah sepi dan anak sekolah sudah
pulang meski belum jam pulang sekolah. Salah seorang guru yang dimintai
informasi terkait penganiayaan itu hanya menampik jika pernah terjadi
penaniayaan disekolah.
“Yang ada adalah
perkelahian antar siswa. Kejadiannya terjadi dalam ruangan kelas. Saya tak
mengetahui jika ada pemukulan oleh guru” kata guru perempuan itu sambil
berlalu.
Kepala sekolah
yang berusaha ditemui, ternyata tak ada ditempat. Nomor telpon selulernya juga
tidak aktif. “Kepala sekolah lagi ada acara keluarga dirumahnya” ujar salah seorang siswa kelas 11.
Andi Kasman, ayah
korban saat dikonfirmasi menyesalkan penganiayaan oleh oknum guru itu terhadap
anaknya. Kejadian ini sangat mengguncang pria yang memiliki usaha bengkel las
ini. “ Kami menitipkan anak kami untuk dididik menjadi manusia yang berguna bagi
bagsa dan negara serta berbakti kepada orang tua, bukan untuk dipukul dan
dianiaya sedemikian rupa terlepas apapun kesalahannya” Katanya dengan nada
tinggi.
“Kami sendiri
sebagai orang tua tak pernah memperlakukan anak kami sepperti itu karena kami
tahu dia adalah harapan keluarga dan tentu saja kami harapkan dapat berguna
bagi orang lain. Guru seharusnya bersifat bijak dan arif menyikapi anak sekolah
seusia anak saya karena dalam taraf pertumbuhan psikologis yang kritis” Sambung
Andi Kasman dengan logat Bone yang kental.
Andi Kasman
semakin geram karena mendapatkan informasi bahwa naknya terancam dikeluarkan
dari sekolah. “ Anak kami sudah dianiaya, mau lagi dikeluarkan dari sekolah
karena berkelahi dengan siswa lain. Bagaimana kami bisa menerima kenyataan ini”
lanjutnya. “ Mestinya jika berkelahi keduanya harus dibina dulu disekolah
sebagai pengganti orang tua. Kami menitipkan anak kami kepada guru disekolah sebagai
pengganti kami sebagai orang tua. Selama ini kami juga tidak pernah mendapat
pemberitahuan apapun terkait anak kami. Kami tak bisa menerima perlakuan pihak
sekolah” tandasnya menutup pembicaraan.
“Jika betul sampai dikeluarkan dari sekolah sesuai kekhawatiran
orang tua siswa itu, maka hal tentu saja menjadi preseden buruk bagi dunia
pendidikan” Tegas Kepala Bidang Pendidkan Anak Laskar Merah Putih (LMP) Markas
Daerah Sulsel, Andi Hendra Syam, SE, MSi .
Andi Hendra menjelaskan bahwa seharusnya sekolah dalam pembinaan
anak sekolah yang tawuran, menugaskan guru Bimbingan dan Konseling (BK) agar menjalankan tugas
dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai
berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari
solusi terhadap permasalahan siswa tersebut.” Bukan langsung mengeluarkan Surat
DO, tapi paling tidak menyurati orang tua siswa kalau memang dianggap ada
pelanggaran berat dimana siswa tidak mampu untuk membinanya, ceritanya sanksi
harus bertahap dan berjenjang”, Sambung pria yang biasa dipanggil Hendra ini.
“Sayangnya
guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh
otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan dalam “mendidik”
siswanya” Tambah Ratna Kumalasari, anggota Bidang Perlindungan Anak LMP Sulsel.
Ratna Kumalasari menyayangkan kemampuan
guru dibidang bimbingan dan konseling masih memprihatinkan. Ada anggapan
yang keliru bahwa BK itu adalah urusan guru yang
dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. “Berhubung
guru BK amat terbatas jumlahnya, maka
jalan keluar semestinya adalah
semua guru harus berperan sebagai pembimbing siswa disekolah.” Kilahnya.
Terkait kekerasan dengan siswa disekolah, Ahli psiko higenis
Bernard mengingatkan bahwa Perilaku guru yang buruk seperti tegang,
marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan tertular oleh
sifat dan perilaku guru tersebut. (”
Teacher personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or
careless, the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of
social grace and will produce slovenly work “.)
Untuk mencegah dan menyelesaikan tawuran disekolah, seorang guru wajib
bersahabat dengan siswa. Guru juga harus menciptakan kondisi sekolah yang
nyaman sehingga memberikan keleluasan siswa mengekpresikan diri pada kegiatan
ekstrkurikuler karena tersedianya sarana dan prasarana bermain serta olahraga.
Meningkatkan peran dan pemberdadayaan guru BP serta meningkatkan disiplin
sekolah dan sangsi yang tegas dengan tentunya meningkatkan kerjasama dengan
orang tua siswa terkait perkembangan siwa disekolah.
Guru juga harus menciptakan kondisi
sekolah yang memungkinkan anak berkembang keperibadiannya secara sehat
spiritual, mental, fisik, sosial.
DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd menuding
penyebab perkelahian antar pelajar, diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat pendidikan
kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak
untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Tugas kurikuler saja
tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam
hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk,
dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
Dalam rangka pembinaan anak didik
kearah kedewasaan itu, kadang-kadang sekolah juga penyebab dari timbulnya
kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan,
norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan
murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang berhubungan
dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.
Dalam
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Ini sekolah membutuhkan prasarana dan
sarana, seperti arena olahraga dan perlengkapan kesenian, yang sejauh ini di
banyak sekolah belum memadai, malah cenderung kurang. Oleh karenanya,
pemerintah perlu mensubsidi lebih banyak lagi fasilitas olahraga dan seni.
Dedikasi guru merupakan pokok
terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang
ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya,
ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan
diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi.
Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu
dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif
mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak
berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang
menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam
kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak
memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
Peran guru sebagai pembimbing
merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya
makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa
keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan
penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan
harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan
kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat
kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan
berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Budayawan
Muhammad Sobari menilai bahwa maraknya tawuran antara pelajar lantaran
karena tidak ada tempat bagi mereka menyalurkan kreativitas di luar sekolah. Selain
itu, kata Sobari, pencegahan kenakalan remaja ini harus ditangani oleh
orang-orang yang benar-benar prihatin terhadap aksi tersebut. Jangan hanya
prihatin yang dituangkan dalam tayangan televisi saja.
Semoga saja tak ada lagi pemukulan guru terhadap siswanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar