Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Mei 2013

PENGANIAYAAN SISWA OLEH GURU SMUN 22 Makassar


PENGANIAYAAN SISWA OLEH GURU SMUN 22 Makassar
Penganiayaan Guru terhadap siswanya terjadi di SMUN 22 Makassar pada hari Jumat, (7/4/2013). Siswa yang bernama Andi Syafrimal menerima gamparan dimukanya dari seorang guru olahraga bernama Syamsul karena berkelahi denga siswa lain didalam kelas.  Tidak sampai disitu, Wowo, begitu siswa yang tinggal di Bumi Sudiang Permai, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ini sempat ditendang oleh guru yang bernama Kamaruddin. Bahkan nyaris saja dihantam kursi pada bagian kepalanya jika tidak dicegah oleh salah satu guru perempuan disekolah itu.
Ibu korban saat ditemui Tipikor Investigasi dikediamannya mengakui jika anaknya yang duduk di kelas 11 IPA 4 itu benar telah mendapatkan penganiayaan dari gurunya. Akibatnya sang anak mengalami memar pada bagian muka dan kaki akibat penganiayaan yang dilakukan oleh dua oknum guru. Dia berencana akan melakukan visum terhadap penganiayaan yang dilakukan oleh kedua guru SMUN 22 Makassar itu. “Kami tinggal menunggu anaknya pulang sekolah untuk dibawah ke dokter untuk divisum” tegasnya.
Saat Tipikor Investigasi mendatangi SMUN 22 yang bersebelahan dengan Gedung Diklat Pemuda Sudiang ini, untuk meminta konfirmasi pihak sekolah, sekolah sudah sepi dan anak sekolah sudah pulang meski belum jam pulang sekolah. Salah seorang guru yang dimintai informasi terkait penganiayaan itu hanya menampik jika pernah terjadi penaniayaan disekolah.
“Yang ada adalah perkelahian antar siswa. Kejadiannya terjadi dalam ruangan kelas. Saya tak mengetahui jika ada pemukulan oleh guru” kata guru perempuan itu sambil berlalu.
Kepala sekolah yang berusaha ditemui, ternyata tak ada ditempat. Nomor telpon selulernya juga tidak aktif. “Kepala sekolah lagi ada acara keluarga dirumahnya”  ujar salah seorang siswa kelas 11.
Andi Kasman, ayah korban saat dikonfirmasi menyesalkan penganiayaan oleh oknum guru itu terhadap anaknya. Kejadian ini sangat mengguncang pria yang memiliki usaha bengkel las ini. “ Kami menitipkan anak kami untuk dididik menjadi manusia yang berguna bagi bagsa dan negara serta berbakti kepada orang tua, bukan untuk dipukul dan dianiaya sedemikian rupa terlepas apapun kesalahannya” Katanya dengan nada tinggi.
“Kami sendiri sebagai orang tua tak pernah memperlakukan anak kami sepperti itu karena kami tahu dia adalah harapan keluarga dan tentu saja kami harapkan dapat berguna bagi orang lain. Guru seharusnya bersifat bijak dan arif menyikapi anak sekolah seusia anak saya karena dalam taraf pertumbuhan psikologis yang kritis” Sambung Andi Kasman dengan logat Bone yang kental.
Andi Kasman semakin geram karena mendapatkan informasi bahwa naknya terancam dikeluarkan dari sekolah. “ Anak kami sudah dianiaya, mau lagi dikeluarkan dari sekolah karena berkelahi dengan siswa lain. Bagaimana kami bisa menerima kenyataan ini” lanjutnya. “ Mestinya jika berkelahi keduanya harus dibina dulu disekolah sebagai pengganti orang tua. Kami menitipkan anak kami kepada guru disekolah sebagai pengganti kami sebagai orang tua. Selama ini kami juga tidak pernah mendapat pemberitahuan apapun terkait anak kami. Kami tak bisa menerima perlakuan pihak sekolah” tandasnya menutup pembicaraan.
“Jika betul sampai dikeluarkan dari sekolah sesuai kekhawatiran orang tua siswa itu, maka hal tentu saja menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan” Tegas Kepala Bidang Pendidkan Anak Laskar Merah Putih (LMP) Markas Daerah Sulsel, Andi Hendra Syam, SE, MSi .
Andi Hendra menjelaskan bahwa seharusnya sekolah dalam pembinaan anak sekolah yang tawuran, menugaskan guru Bimbingan dan Konseling (BK) agar menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut.” Bukan langsung mengeluarkan Surat DO, tapi paling tidak menyurati orang tua siswa kalau memang dianggap ada pelanggaran berat dimana siswa tidak mampu untuk membinanya, ceritanya sanksi harus bertahap dan berjenjang”, Sambung pria yang biasa dipanggil Hendra ini.
Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan dalam “mendidik” siswanya” Tambah Ratna Kumalasari, anggota Bidang Perlindungan Anak LMP Sulsel.
Ratna Kumalasari  menyayangkan kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling masih memprihatinkan. Ada anggapan yang keliru bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya, maka jalan keluar semestinya adalah  semua guru harus berperan sebagai pembimbing siswa disekolah.” Kilahnya.
Terkait kekerasan dengan siswa disekolah, Ahli psiko higenis Bernard  mengingatkan bahwa  Perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut. (” Teacher personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or careless, the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of social grace and will produce slovenly work “.)
Untuk mencegah dan menyelesaikan tawuran disekolah, seorang guru wajib bersahabat dengan siswa. Guru juga harus menciptakan kondisi sekolah yang nyaman sehingga memberikan keleluasan siswa mengekpresikan diri pada kegiatan ekstrkurikuler karena tersedianya sarana dan prasarana bermain serta olahraga. Meningkatkan peran dan pemberdadayaan guru BP serta meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas dengan tentunya meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa terkait perkembangan siwa disekolah. Guru juga harus menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang keperibadiannya secara sehat spiritual, mental, fisik, sosial.
DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd menuding penyebab perkelahian antar pelajar, diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang sekolah juga penyebab dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.
Dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Ini sekolah membutuhkan prasarana dan sarana, seperti arena olahraga dan perlengkapan kesenian, yang sejauh ini di banyak sekolah belum memadai, malah cenderung kurang. Oleh karenanya, pemerintah perlu mensubsidi lebih banyak lagi fasilitas olahraga dan seni.
Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Budayawan Muhammad Sobari menilai  bahwa maraknya tawuran antara pelajar lantaran karena tidak ada tempat bagi mereka menyalurkan kreativitas di luar sekolah. Selain itu, kata Sobari, pencegahan kenakalan remaja ini harus ditangani oleh orang-orang yang benar-benar prihatin terhadap aksi tersebut. Jangan hanya prihatin yang dituangkan dalam tayangan televisi saja.
Semoga saja tak ada lagi pemukulan guru terhadap siswanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar