POLISI TEMBAK POLISI
"Kalau
anakmu jatuh kamu kubur saja di galian. Terus kalau kamu jatuh juga kamu kubur
dirimu bersama anakmu di situ... sekalian." Kata Purwadi
Makassar- Tipikor
Investigasi- Aksi penembakan antar aparat kembali terjadi. Kali ini polisi
menembak polisi. Peristiwa memalukan itu berlangsung di RS Bhayangkara
Makassar, Sulawesi Selatan. Seorang anggota Polri berpangkat Kombes diberondong
tembakan rekannya yang berpangkat Briptu.
Aksi penembakan brutal itu terjadi di ruang rapat RS Bhayangkara Makassar di Ruang Komite Medik Rumah Sakit Bhayangkara Polri, Jl Brigjen Mappaouddang No 68, Makassar, pukul 15.15 WIB, Sabtu (6/4/2013). Kombes Pol dr Purwadi (50) yang merupakan Kepala RS Bhayangkara tersebut tiba-tiba ditembaki anggota PAM Obvit Polrestabes Makassar, Briptu Ishak Kiranda (35).
Hal ini terjadi diduga karena adanya ketersinggungan
karena pelaku sehari sebelumnya tidak bisa menerima kata-kata kasar saat
melaporkan adanya penggalian saluran yang mengakibatkan saah seorang anak pelaku
terjerembab masuk kedalam galian. Kejadian terjadi saat untuk kedua kalinya
pelaku menemui Kepala Rumah Sakit yang berasal dari Klaten ini dan terjadi
percekcokan keras antara keduanya.
“Dia protes karena akses ke rumahnya
sempit. Terjadi adu mulut, akhirnya pelaku menembak korban,” ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Endi Sutendi, kepada
wartawan di pelataran RS Bhayangkara saat kejadian.
“Akibat penembakan itu, Purwadi menggigil setelah terkena
tiga butir peluru di bahu dan pahanya.
"Dari UGD Bhayangkara, korban menggigil
saat dibawa ke RS Wahidin (Sudirohusodo), kini masih kritis dan dalam perawatan
di sana," kata Endi menambahkan.
Setelah melakukan
penembakan, pelaku langsung menyerahkan diri ke polrestbes Makassar dan
sementara ditangani satuan Reskrim dan Propam Polrestabes Makassar.
Kronologis Penembakan
Kronologis kejadian, awalnya kepala Rumah sakit
Bhayangkara dengan Ishak Kiranda bertemu di rumah sakit Bhayangkara membahas
ekses perluasan rumah sakit yang membahayakan anaknya dan penghuni. Termasuk
dampak dari penggalian lubang yang hampir mencelakkan anak bungsu pelaku.Namun
pada saat itu, pelaku dan kepala rumah sakit justru mengeluarkan kata-kata
keras dan menjurus kasar.
Besoknya, sebagaimana dalam rekonstruksi itu terungkap, pelaku
awalnya mendatangi RS Bhayangkara sepulang dari kuliah di Universitas Indonesia
Timur (UIT) setelah dihubungi oleh istrinya, Jenny, yang juga merupakan Kepala
Ruangan Bansal RS Bhayangkara. Pelaku datang dan hendak bertemu langsung dengan
dr Purwadi.
Meski sempat membuka pintu ruang Komite Medik RS Bhayangkara
untuk melihat situasi di dalam ruangan. Pelaku tidak jadi masuk lantaran dr
Purwadi sedang rapat bersama beberapa stafnya. Pelaku pun kembali keluar dan
menunggu rapat selesai.
Saat menunggu di luar ruangan Komite Medik, pelaku diajak masuk
ke ruangan Humas yang bersebelahan dengan ruang Komite Medik. Di sana pelaku
berbincang-bincang dengan Kepala Seksi Humas RS Bahayangkara Ajun Komisaris
Asmawati dan Kepala Keamanan RS Bhayangkara Ajun Komisaris Besar Ambo Dalle.
Setelah sekian lama menunggu dan rapat tak kunjung selesai,
pelaku lalu pulang ke rumahnya di Asrama Polisi di belakang RS Bhayangkara.
Selang beberapa menit kemudian, pelaku meminta izin kembali kepada Ambo Dalle
ke pintu belakang RS Bhayangkara untuk bertemu dengan dr Purwadi.
Ambo Dalle kemudian mengantar pelaku untuk bertemu dengan dr
Purwadi. Sebelum masuk ke ruangan Komite Medik, mereka terlebih dahulu
mendatangi pos penjagaan pintu depan RS Bhayangkara. Setelah berada dalam
ruangan Komite Medik, pelaku, Ambo Dalle, dan dr Purwadi berbincang-bincang.
Perbincangan memanas menjadi percekcokan hingga akhirnya pelaku menembak dr
Purwadi.
Saat itu juga, pelaku langsung menembahkan pistolnya
kearah pintu kaca ruang Komite medik tempat rapat Karumkit. Setelah menembak
pintu kaca ini sampai pecah. Pelaku menembak korban dengan pistol /Revolver
seri SNW. Anggotan lain dan pegawai sipil yang berada di ruang medik saat itu
bersembunyi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun
Tipikor Investigasi, pelaku memuntahkan pelor sebanyak empat kali. Tiga butir
bersarang di tubuh korban. Satunya lagi ditembakkan di daun pintu ruang medik
rumah sakit sebelum memasuki ruangan Komite Etik dimana Kombes Purwadi berada.
Akibatnya, Satu peluru menghancurkan pintu
kaca ruang Koite Etik sehingga pecah, satu peluru menembus bahu sebelah kanan,
sebutir peluru menembus paha bawah dan sebutir lagi menembus paha atas. Korban
ditembak dari jarak dekat dengan menggunakan senjata pistol revolver seri SNW.
Akibat Kesalah pahaman
Menurut Wakil Kepala Kepolisian Daerah
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Brigjen Pol Syahrul Mamma, motif penembakan
karena pelaku tidak menerima adanya perluasan pembangunan yang dilakukan
pengelola RS Bhayangkara. Ishak tidak puas atas tindakan perluasan RS
Bhayangkara.
Ishak menembak Purwadi diduga karena
masalah proyek pembangunan Rumah Sakit Bhayangkara Mappaodang yang berbatasan
langsung dengan rumahnya yang berlokasi di Aspol Bhayangkara. Ishak diduga
tidak terima penjelasan Kepala Rumah Sakit yang sangat kasar terkait proyek
pembangunan rumah sakit yang hanya berjarak 500 meter dari kediamannya.
Ada ketersingungan terkait rencana perluasan rumah sakit.
Dalam perluasan ini ada ketidakpuasan atas pelebaran rumah sakit. kecewa
terhadap karumkit yang dianggap mengabaikan tata kelola proyek perluasan rumah
sakit
Proyek pengembangan ruang perawatan dan layanan medik yang
sudah berjalan satu tahun ini, oleh Ishak dianggap tidak memperhatikan
keselamatan ratusan penghuni asrama polisi yang hanya dipisahkan oleh tembok
dengan rumah sakit Polri kelas B ini.
Pelaku menilai, jika perluasan sekitar 1/2 meter itu, akan
membuat akses jalan rumahnya bertambah sempit. Selain itu, lubang galian yang
sementara dikerjakan pihak rumah sakit itu, berdampak pada anaknya, karena
sering jatuh ke lubang.
Sedang juru bicara Kepolisian Daerah
Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Endi Sutendi, menjelaskan ihwal
terjadinya penembakan didahului dengan cekcok. Pelaku Brigadir Satu Ishak
Kiranda mempersoalkan proyek galian jalan yang dikerjakan oleh pihak rumah
sakit menuju rumahnya di Asrama Polisi Bhayangkara. Lokasinya tak jauh dari
rumah sakit.
Namun dari data yang dihimpun Tipikor Investigasi, unsur
dugaan ketersinggungan sangat besar menjadi motif pelaku jika menyimak petikan
pembicaraan satu hari sebelumnya dimana Purwadi mengeluarkan kata-kata kasar terhadap
pelaku.
Dua hari sebelumnya, hari Kamis (4/4/2013), pukul 19.00
Wita, Putra bungsu Briptu Ishak Kiranda,
berusia 4 tahun jatuh di lubang galian pondasi RS Bhayangkara. Sehingga agar
mengantisipasi anaknya agar tidak celaka, Ishak menutup lubang itu di jalan
akses rumah dinas itu.
Besoknya, Jumat (5/4/2013), pukul 09.00 Wita. Briptu Ishak
mendatangi Kepala RS Bhayangkara, sambil
mengatakan "Bagaimana ini Komandan, galian di depan rumah saya. Nanti anak
saya main-main lalu jatuh lagi. Lubangnya dalam."
Kombes Purwadi justru membalasnya
dengan ketus dan kasar "Kalau anakmu jatuh kamu kubur saja di galian.
Terus kalau kamu jatuh juga kamu kubur dirimu bersama anakmu di situ...
sekalian."
Kepala Unit III Subdit IV Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda
Sulselbar Komisaris Gani Alamsyah yang dikonfirmasi mengatakan, dari
rekonstruksi diketahui bahwa ada unsur spontanitas saat tersangka melakukan
penembakan. Menurutnya, penembakan itu tidak direncanakan.
"Kalau spontanitas itu unsurnya tidak butuh waktu yang
lama. Tapi kita masih cari fakta-fakta lainnya," ungkap Gani.
Rekonstruksi
Rekonstruksi penembakan Kepala RS Bhayangkara Makassar Komisaris
Besar dr Purwadi akhirnya digelar di RS Bhayangkara, Selasa (9/4/2013). Pelaku,
Brigadir Satu Isak Kiranda, memperagakan 23 adegan penembakan. Reka ulang
tersebut disaksikan ratusan pengunjung RS Bhayangkara.
Rekonstruksi penembakan sempat tertunda dua kali. Awalnya reka
ulang dijadwalkan pada pukul 08.00 Wita, tetapi diundur menjadi pukul 10.00
Wita. Hingga pukul 17.00 Wita, rekonstruksi baru dilakukan dengan mendatangkan
tersangka dari Markas Brimob Polda Sulselbar.
Dengan mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian,
terutama dari Divisi Propam Polda Sulselbar, pelaku yang juga merupakan anggota
PAM Obvit Polrestabes Makassar ini tampak tersenyum dan sesekali mengangkat
tangannya.
Dia mengatakan, rekonstruksi itu digelar untuk mencocokkan
keterangan sejumlah saksi dan pelaku yang telah diperiksa. Menurutnya, hal itu
perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya fakta lain yang bisa muncul.
Pribadi Pelaku Sabar dan Pendiam
Brigadir Satu Ishak berasal dari Kabupaten Tana Toraja. Ia
pernah menjadi anggota pasukan Brigade Mobil dari Kelapa Dua, Jakarta Selatan. Briptu Ishak Tiranda, sehari-hari bertugas sebagai bintara
pengamanan di Satuan Pengamanan (Pam) Operasi Vital (Obvit) Polrestabes
Makassar.
Pelaku penembakan dikenal sebagai pribadi
yang sabar dan pendiam. Masih dikroscek, bagaimana ia bisa sangat emosi dan
bertindak brutal.
Kapolrestabes Makassar Kombes Wisnu Sandjaya, kepada wartawan di lokasi pelantikan Gubernur Sulsel, Makassar, Senin (8/4/2013). "Orangnya kenal sabar dan pendiam. Saya tidak tahu kenapa dia bisa emosi seperti itu, mungkin ada penyebab lain," ujar Wisnu.
Kapolrestabes Makassar Kombes Wisnu Sandjaya, kepada wartawan di lokasi pelantikan Gubernur Sulsel, Makassar, Senin (8/4/2013). "Orangnya kenal sabar dan pendiam. Saya tidak tahu kenapa dia bisa emosi seperti itu, mungkin ada penyebab lain," ujar Wisnu.
Saat rekonstruksi berlangsung, banyak tetangga tersangka yang meneteskan air mata
dan mengatakan Ishak tidak bersalah. "Dia orang paling sabar, penyidik
mesti mempertimbangkan alasan Ishak menembak atasannya. Kalau Ishak dipecat,
mau makan apa istri dan kedua anaknya," kata Protes seorang ibu tetangga
Ishak.
“Selama Ishak dan keluarganya tinggal di asrama, dia tidak
pernah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Setiap ketemu, Ishak selalu
tersenyum dan bicara jika ditanya. Bahkan setelah kejadian ini istri Ishak
tidak penah lagi masuk kerja. Ini mungkin "siri" sehingga Ishak
melakukan hal seperti itu," tambah ibu itu meyakinkan.
Harapan Keluarga Korban
Terkait penembakan ini, pihak keluarga Purwadi, di Dukuh
Sidomulyo, Desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten mendesak penegak hukum untuk
mencopot pelaku penembakan yakni Briptu Ishak Kiranda dari kesatuannya. Hal itu
diungkapkan kakak korban, Suwandi Atmojo ,
di rumahnya, Selasa (9/4) sebagaimana dilansir Timlo.net
“Saya sebagai keluarga korban penembakan meminta agar pelaku penembakan dihukum seadil-adilnya
dan dicopot dari kesatuan kepolisian,” ujar Suwandi.
Purwadi terakhir pulang ke kampung halamannya di Desa
Sidowayah, Polanharjo, Klaten pada bulan Nopember lalu, saat menghadiri
pernikahan anak Suwandi Atmojo. Kabar terakhir melalu telepon, Purwadi, yang
baru saja meraih gelar magister manajemen administrasi rumah sakit
(MA MARS), ternyata juga berencana akan membeli tanah di
desa kelahirannya tersebut.
Sangkaan
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, Penyidik
Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sulsel akhirnya
menetapkan Brigpol Ishak Tiranda sebagai tersangka dan terancam pidana penjara
sebanyak sembilan tahun.Selain ancaman hukuman pidana selama sembilan tahun
penjara, Brigpol Ishak juga terancam terkena sanksi Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat (PTDH). Setelah menjalani proses
persidangan umum, maka Ishak akan mengikuti sidang disiplin yang ditangani
Bidang Profesi Pengamanan (Propam) Polda Sulsel.
Tersangka juga melakukan pelanggaran penggunaan senjata yang
tidak sesuai peruntukannya. Izin pinjam pakai senjata memang diperbolehkan
dalam rangka pengamanan selama bertugas. Jika senjata dinas digunakan untuk
peruntukan lain, maka hal itu adalah pelanggaran disiplin kepolisian.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Endi Sutendi
mengatakan, tersangka diancam pidana sesuai pasal 54 tentang percobaan
pembunuhan, juncto pasal 338 tentang pembunuhan, juncto pasal 353 tentang
penganiayaan berat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ancaman hukumannya
mencapai sembilan tahun penjara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar