Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Mei 2013

POLISI TEMBAK POLISI



POLISI TEMBAK POLISI
"Kalau anakmu jatuh kamu kubur saja di galian. Terus kalau kamu jatuh juga kamu kubur dirimu bersama anakmu di situ... sekalian." Kata Purwadi

Makassar- Tipikor Investigasi- Aksi penembakan antar aparat kembali terjadi. Kali ini polisi menembak polisi. Peristiwa memalukan itu berlangsung di RS Bhayangkara Makassar, Sulawesi Selatan. Seorang anggota Polri berpangkat Kombes diberondong tembakan rekannya yang berpangkat Briptu.

Aksi penembakan brutal itu terjadi di ruang rapat RS Bhayangkara Makassar
di Ruang Komite Medik Rumah Sakit Bhayangkara Polri, Jl Brigjen  Mappaouddang No 68, Makassar, pukul 15.15 WIB, Sabtu (6/4/2013). Kombes Pol dr Purwadi (50) yang merupakan Kepala RS Bhayangkara tersebut tiba-tiba ditembaki anggota PAM Obvit Polrestabes Makassar, Briptu Ishak Kiranda (35).

Hal ini terjadi diduga karena adanya ketersinggungan karena pelaku sehari sebelumnya tidak bisa menerima kata-kata kasar saat melaporkan adanya penggalian saluran yang mengakibatkan saah seorang anak pelaku terjerembab masuk kedalam galian. Kejadian terjadi saat untuk kedua kalinya pelaku menemui Kepala Rumah Sakit yang berasal dari Klaten ini dan terjadi percekcokan keras antara keduanya.

“Dia protes karena akses ke rumahnya sempit. Terjadi adu mulut, akhirnya pelaku menembak korban,” ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Endi Sutendi, kepada wartawan di pelataran RS Bhayangkara saat kejadian.

“Akibat penembakan itu, Purwadi menggigil setelah terkena tiga butir peluru di bahu dan pahanya. "Dari UGD Bhayangkara, korban menggigil saat dibawa ke RS Wahidin (Sudirohusodo), kini masih kritis dan dalam perawatan di sana," kata Endi menambahkan.

Setelah melakukan penembakan, pelaku langsung menyerahkan diri ke polrestbes Makassar dan sementara ditangani satuan Reskrim dan Propam Polrestabes Makassar.

Kronologis Penembakan
Kronologis  kejadian, awalnya kepala Rumah sakit Bhayangkara dengan Ishak Kiranda bertemu di rumah sakit Bhayangkara membahas ekses perluasan rumah sakit yang membahayakan anaknya dan penghuni. Termasuk dampak dari penggalian lubang yang hampir mencelakkan anak bungsu pelaku.Namun pada saat itu, pelaku dan kepala rumah sakit justru mengeluarkan kata-kata keras dan menjurus kasar.
Besoknya, sebagaimana dalam rekonstruksi itu terungkap, pelaku awalnya mendatangi RS Bhayangkara sepulang dari kuliah di Universitas Indonesia Timur (UIT) setelah dihubungi oleh istrinya, Jenny, yang juga merupakan Kepala Ruangan Bansal RS Bhayangkara. Pelaku datang dan hendak bertemu langsung dengan dr Purwadi.
Meski sempat membuka pintu ruang Komite Medik RS Bhayangkara untuk melihat situasi di dalam ruangan. Pelaku tidak jadi masuk lantaran dr Purwadi sedang rapat bersama beberapa stafnya. Pelaku pun kembali keluar dan menunggu rapat selesai.
Saat menunggu di luar ruangan Komite Medik, pelaku diajak masuk ke ruangan Humas yang bersebelahan dengan ruang Komite Medik. Di sana pelaku berbincang-bincang dengan Kepala Seksi Humas RS Bahayangkara Ajun Komisaris Asmawati dan Kepala Keamanan RS Bhayangkara Ajun Komisaris Besar Ambo Dalle.
Setelah sekian lama menunggu dan rapat tak kunjung selesai, pelaku lalu pulang ke rumahnya di Asrama Polisi di belakang RS Bhayangkara. Selang beberapa menit kemudian, pelaku meminta izin kembali kepada Ambo Dalle ke pintu belakang RS Bhayangkara untuk bertemu dengan dr Purwadi.
Ambo Dalle kemudian mengantar pelaku untuk bertemu dengan dr Purwadi. Sebelum masuk ke ruangan Komite Medik, mereka terlebih dahulu mendatangi pos penjagaan pintu depan RS Bhayangkara. Setelah berada dalam ruangan Komite Medik, pelaku, Ambo Dalle, dan dr Purwadi berbincang-bincang. Perbincangan memanas menjadi percekcokan hingga akhirnya pelaku menembak dr Purwadi.
Saat itu juga, pelaku langsung menembahkan pistolnya kearah pintu kaca ruang Komite medik tempat rapat Karumkit. Setelah menembak pintu kaca ini sampai pecah. Pelaku menembak korban dengan pistol /Revolver seri SNW. Anggotan lain dan pegawai sipil yang berada di ruang medik saat itu bersembunyi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tipikor Investigasi, pelaku memuntahkan pelor sebanyak empat kali. Tiga butir bersarang di tubuh korban. Satunya lagi ditembakkan di daun pintu ruang medik rumah sakit sebelum memasuki ruangan Komite Etik dimana Kombes Purwadi berada.
Akibatnya, Satu peluru menghancurkan pintu kaca ruang Koite Etik sehingga pecah, satu peluru menembus bahu sebelah kanan, sebutir peluru menembus paha bawah dan sebutir lagi menembus paha atas. Korban ditembak dari jarak dekat dengan menggunakan senjata pistol revolver seri SNW.

Akibat Kesalah pahaman
Menurut Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Brigjen Pol Syahrul Mamma, motif penembakan karena pelaku tidak menerima adanya perluasan pembangunan yang dilakukan pengelola RS Bhayangkara. Ishak tidak puas atas tindakan perluasan RS Bhayangkara.
Ishak menembak Purwadi diduga karena masalah proyek pembangunan Rumah Sakit Bhayangkara Mappaodang yang berbatasan langsung dengan rumahnya yang berlokasi di Aspol Bhayangkara. Ishak diduga tidak terima penjelasan Kepala Rumah Sakit yang sangat kasar terkait proyek pembangunan rumah sakit yang hanya berjarak 500 meter dari kediamannya.

Ada ketersingungan terkait rencana perluasan rumah sakit. Dalam perluasan ini ada ketidakpuasan atas pelebaran rumah sakit. kecewa terhadap karumkit yang dianggap mengabaikan tata kelola proyek perluasan rumah sakit

Proyek pengembangan ruang perawatan dan layanan medik yang sudah berjalan satu tahun ini, oleh Ishak dianggap tidak memperhatikan keselamatan ratusan penghuni asrama polisi yang hanya dipisahkan oleh tembok dengan rumah sakit Polri kelas B ini.

Pelaku menilai, jika perluasan sekitar 1/2 meter itu, akan membuat akses jalan rumahnya bertambah sempit. Selain itu, lubang galian yang sementara dikerjakan pihak rumah sakit itu, berdampak pada anaknya, karena sering jatuh ke lubang.

Sedang juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Endi Sutendi, menjelaskan ihwal terjadinya penembakan didahului dengan cekcok. Pelaku Brigadir Satu Ishak Kiranda mempersoalkan proyek galian jalan yang dikerjakan oleh pihak rumah sakit menuju rumahnya di Asrama Polisi Bhayangkara. Lokasinya tak jauh dari rumah sakit.
Namun dari data yang dihimpun Tipikor Investigasi, unsur dugaan ketersinggungan sangat besar menjadi motif pelaku jika menyimak petikan pembicaraan  satu hari sebelumnya dimana  Purwadi mengeluarkan kata-kata kasar terhadap pelaku.

Dua hari sebelumnya, hari Kamis (4/4/2013), pukul 19.00 Wita,  Putra bungsu Briptu Ishak Kiranda, berusia 4 tahun jatuh di lubang galian pondasi RS Bhayangkara. Sehingga agar mengantisipasi anaknya agar tidak celaka, Ishak menutup lubang itu di jalan akses rumah dinas itu.

Besoknya, Jumat (5/4/2013), pukul 09.00 Wita. Briptu Ishak mendatangi Kepala RS Bhayangkara,  sambil mengatakan "Bagaimana ini Komandan, galian di depan rumah saya. Nanti anak saya main-main lalu jatuh lagi. Lubangnya dalam."

Kombes Purwadi justru membalasnya dengan ketus dan kasar "Kalau anakmu jatuh kamu kubur saja di galian. Terus kalau kamu jatuh juga kamu kubur dirimu bersama anakmu di situ... sekalian."
Kepala Unit III Subdit IV Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sulselbar Komisaris Gani Alamsyah yang dikonfirmasi mengatakan, dari rekonstruksi diketahui bahwa ada unsur spontanitas saat tersangka melakukan penembakan. Menurutnya, penembakan itu tidak direncanakan.
"Kalau spontanitas itu unsurnya tidak butuh waktu yang lama. Tapi kita masih cari fakta-fakta lainnya," ungkap Gani.

Rekonstruksi
Rekonstruksi penembakan Kepala RS Bhayangkara Makassar Komisaris Besar dr Purwadi akhirnya digelar di RS Bhayangkara, Selasa (9/4/2013). Pelaku, Brigadir Satu Isak Kiranda, memperagakan 23 adegan penembakan. Reka ulang tersebut disaksikan ratusan pengunjung RS Bhayangkara.
Rekonstruksi penembakan sempat tertunda dua kali. Awalnya reka ulang dijadwalkan pada pukul 08.00 Wita, tetapi diundur menjadi pukul 10.00 Wita. Hingga pukul 17.00 Wita, rekonstruksi baru dilakukan dengan mendatangkan tersangka dari Markas Brimob Polda Sulselbar.
Dengan mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian, terutama dari Divisi Propam Polda Sulselbar, pelaku yang juga merupakan anggota PAM Obvit Polrestabes Makassar ini tampak tersenyum dan sesekali mengangkat tangannya.
Dia mengatakan, rekonstruksi itu digelar untuk mencocokkan keterangan sejumlah saksi dan pelaku yang telah diperiksa. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya fakta lain yang bisa muncul.
Pribadi Pelaku Sabar dan Pendiam
Brigadir Satu Ishak berasal dari Kabupaten Tana Toraja. Ia pernah menjadi anggota pasukan Brigade Mobil dari Kelapa Dua, Jakarta Selatan. Briptu Ishak Tiranda, sehari-hari bertugas sebagai bintara pengamanan di Satuan Pengamanan (Pam) Operasi Vital (Obvit) Polrestabes Makassar.

Pelaku penembakan dikenal sebagai pribadi yang sabar dan pendiam. Masih dikroscek, bagaimana ia bisa sangat emosi dan bertindak brutal.

Kapolrestabes Makassar Kombes Wisnu Sandjaya, kepada wartawan di lokasi pelantikan Gubernur Sulsel, Makassar, Senin (8/4/2013). "Orangnya kenal sabar dan pendiam. Saya tidak tahu kenapa dia bisa emosi seperti itu, mungkin ada penyebab lain," ujar Wisnu.

Saat rekonstruksi berlangsung, banyak  tetangga tersangka yang meneteskan air mata dan mengatakan Ishak tidak bersalah. "Dia orang paling sabar, penyidik mesti mempertimbangkan alasan Ishak menembak atasannya. Kalau Ishak dipecat, mau makan apa istri dan kedua anaknya," kata Protes seorang ibu tetangga Ishak.

“Selama Ishak dan keluarganya tinggal di asrama, dia tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Setiap ketemu, Ishak selalu tersenyum dan bicara jika ditanya. Bahkan setelah kejadian ini istri Ishak tidak penah lagi masuk kerja. Ini mungkin "siri" sehingga Ishak melakukan hal seperti itu," tambah ibu itu meyakinkan.

Harapan Keluarga Korban
Terkait penembakan ini, pihak keluarga Purwadi, di Dukuh Sidomulyo, Desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten mendesak penegak hukum untuk mencopot pelaku penembakan yakni Briptu Ishak Kiranda dari kesatuannya. Hal itu diungkapkan kakak korban, Suwandi Atmojo , di rumahnya, Selasa (9/4) sebagaimana dilansir Timlo.net
“Saya sebagai keluarga korban penembakan  meminta agar pelaku penembakan dihukum seadil-adilnya dan dicopot dari kesatuan kepolisian,” ujar Suwandi.
Purwadi terakhir pulang ke kampung halamannya di Desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten pada bulan Nopember lalu, saat menghadiri pernikahan anak Suwandi Atmojo. Kabar terakhir melalu telepon, Purwadi, yang baru saja meraih gelar magister manajemen administrasi rumah sakit (MA MARS), ternyata juga berencana akan membeli tanah di desa kelahirannya tersebut.

Sangkaan
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, Penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sulsel akhirnya menetapkan Brigpol Ishak Tiranda sebagai tersangka dan terancam pidana penjara sebanyak sembilan tahun.Selain ancaman hukuman pidana selama sembilan tahun penjara, Brigpol Ishak juga terancam terkena sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).  Setelah menjalani proses persidangan umum, maka Ishak akan mengikuti sidang disiplin yang ditangani Bidang Profesi Pengamanan (Propam) Polda Sulsel.

Tersangka juga melakukan pelanggaran penggunaan senjata yang tidak sesuai peruntukannya. Izin pinjam pakai senjata memang diperbolehkan dalam rangka pengamanan selama bertugas. Jika senjata dinas digunakan untuk peruntukan lain, maka hal itu adalah pelanggaran disiplin kepolisian.

Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Endi Sutendi mengatakan, tersangka diancam pidana sesuai pasal 54 tentang percobaan pembunuhan, juncto pasal 338 tentang pembunuhan, juncto pasal 353 tentang penganiayaan berat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ancaman hukumannya mencapai sembilan tahun penjara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar