DUNIA intelijen ibarat 'ruh' yang hi-
dup dalam sosok Thony Saut Situmo-
rang, pria kelahiran Mayang, Kabu-
paten Simalungun, Sumatera Utara, 20
Februari 1959 ini. Perumpamaan ini
punya pijakan kuat. Dia pernah berke-
cimpung di dunia intelijen selama le-
bih dari 30 tahun, sebelum memegang
amanah sebagai Wakil Ketua KPK pe-
riode 2015-2019. Pria yang mahir me-
mainkan saksofon ini berkarir di Ba-
dan Intelijen Negara (BIN) sejak tahun
1987.
Terakhir, Saut menduduki jabatan
sebagai Staf Ahli Kepala BIN Bidang
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup kurun tahun 2014 hingga 2015.
Selain itu dia juga mengajar ilmu kom-
petitif intelijen di Universitas Indone-
sia dan dosen Sekolah Tinggi Intelijen
Negara (STIN).
Di akhir masa jabatannya, Saut
menceritakan banyak hal, mulai dari
awal mengikuti proses seleksi capim
KPK hingga keberadaannya di KPK.
Sepanjang bercerita, Saut terlihat san-
tai dan menyelipkan banyak tawa.
Saut mengatakan, seleksi capim
KPK pada tahun 2015 merupakan
seleksi keempat yang diikutinya. Se-
lama empat kali turun gelanggang, ada
banyak pihak yang mempertanyakan
kapasitas, integritas, dan independen-
sinya. Selama itu pula, tudingan terus
berembus bahwa Saut adalah ‘titipan’
BIN yang disusupkan ke KPK.
Seperjalanan waktu, ia membukti-
kan bahwa tuduhan itu tidak berpijak
pada data dan fakta yang valid. Ia te-
rus membuktikan, bahwa KPK terus
bekerja, juga pada bidang pencegahan
meski banyak pihak yang tak serius
pada hal itu.
Mantan Sekretaris III KBRI Singa-
pura ini menekankan, pencegahan ko-
rupsi harus memiliki prinsip warning,
forecasting, dan problem solving. De-
ngan cara itu, berbagai program telah
dilaksanakan disertai rekomendasi dan
rencana aksi baik di tingkat pemerin-
tah pusat, pemerintah daerah, hingga
legislatif tingkat pusat dan daerah.
Capaian dan hasil pencegahan korupsi
yang dilakukan secara simultan, serius,
dan berkesinambungan oleh KPK telah
dirasakan oleh masyarakat luas.
"Menurut saya (pencegahan) itu
sudah inline dengan pikiran saya dari
awal. Inovasi dan capaian pencegahan
yang dilakukan, contohnya pada sektor
pendapatan daerah, sumber daya alam,
energi, dan pangan," imbuhnya.
Menurut Saut ada banyak kesan se-
lama hampir empat tahun dia menja-
bat sebagai pimpinan. Sebenarnya ujar
Saut, lebih gampang jadi intelejen dari
pada kerja di KPK. Saat bertugas di in-
telijen, Saut bisa lebih santai dengan
menerapkan filosofi hit and run. Di
antara maknanya, jika seseorang yang
dipantau tidak ketemu maka
bisa datang lagi besok atau
kapan saja. Sementara di KPK
tidak bisa seperti itu.
Pasalnya proses peman-
tauan sejak awal di tahap pe-
nyelidikan misalnya, sudah
terikat dengan aturan hukum.
Setiap orang di KPK harus
bertanggung jawab terhadap
penegakan hukum yang dila-
kukan. Saut mengungkapkan,
semua proses yang dilakukan
KPK sudah diatur dan teri-
kat dengan jelas. Jika setiap
proses dari penyelidikan, pe-
nangkapan, atau penetapan
tersangka tidak yakin dengan
alat bukti maka potensi keka-
lahan di praperadilan sangat
besar.
Ketika menjadi intelijen,
Saut bisa bertemu siapa saja
dan kapan saja tanpa memi-
kirkan adanya potensi kon-
flik kepentingan. Sedangkan
di KPK, ungkap Saut, hal ini
tidak bisa dilakukan. Apalagi,
jika orang tersebut ada kaitan dengan
kasus atau perkara dan bahkan berpo-
tensi menjadi tersangka.
"Langsung atau tidak langsung anda
tidak boleh ketemu dengan orang yang
punya potensi menjadi tersangka. Itu
pidana malah," ujarnya.
Di akhir masa jabatannya, Saut me-
mastikan hatinya akan tetap berada
di KPK. Dengan berbagai upaya pele-
mahan KPK, Saut berpesan agar para
insan KPK tetap terus berjuang men-
jaga Indonesia dan mengembalikan
hak-hak masyarakat yang dirampas
para koruptor. Para insan KPK juga ha-
rus merapatkan barisan dan menjaga
soliditas. Apapun bentuk pelemahan
yang dilakukan pihak-pihak maka KPK
dan para insan KPK harus melawan.
"Benteng terakhirnya itu ada di
KPK. Orang-orang ngomong mau be-
rantas korupsi tapi sebetulnya tidak se-
suai ucapan dan tindakannya itu yang
akan meruntuhkan Indonesia. Dan, itu
harus dilawan sampai kita nggak bisa
ngelawan. Makanya saya katakan kalau
memang mau perkuat KPK, masuk KPK
sekalian," ucapnya.
Karena itu, Saut berencana menjadi
‘pengawas’ kinerja KPK dengan berga-
bung bersama koalisi masyarakat sipil
demi menjaga lembaga ini. "Siapa yang
'ngantuk', kita 'bangunin'. Kalau eng-
gak, berarti saya nggak sustain," im-
buhnya.
Selain itu, bila nanti ia kembali lagi
ke dunia intelijen, maka Saut akan fo-
kus pada isu antikorupsi. Pendekatan-
nya menggunakan bahasa penegakan
hukum. Dia mengandaikan, jika inteli-
jen ikut berperan aktif dalam pembe-
rantasan korupsi mungkin negara ini
akan cepat bersih dari korupsi.
Total Tayangan Halaman
Sabtu, 14 Desember 2019
BENTENG TERAKHIR ITU KPK Thony Saut Situmorang | Wakil Ketua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar