PERNYATAAN SIKAP
Merdeka, sehubungan dengan upaya makar dan pengibaran bendera Minahasa Merdeka justru disaat momen Hari Kebangkitan Nasonal justru sangat bertolak belakang. Upaya makar dan mengibarkan Bendera Minahasa Merdeka berusaha merongrong kewibawaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara kebangkitan nasional justru berusaha menggali semua peristiwa sejarah untuk mengingatkan betapa mahalnya arti kemerdekaan saat bangsa ini masih dijajah negara lain.
Ada kelompok anak bangsa yang rela ingin menukar persatuan dan kesatuan dengan kepentingan seseat elit politik yang memiliki masalah hukum DAN KEPENTINGAN BANGSA ASING. Memang pasca dijatuhkannya vonis penjara 2 tahun kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) banyak simpati dan menyalakan lilin. Tapi belakangan mereka menyadari lebih mementingkan merangkai kembali persatuan dan kesatuan NKRI seperti di Melbourne Australia. Mereka buat membuat Aksi 1.000 lilin di Sungai Yarra dan diikuti 300 orang dengan menyayikan lagu kebangsaan.
Namun sekelompok orang aksi bela Ahok terlalu berlebihan dan justru mengancam akan mendirikan negara Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara menyusul kekecewaan terhadap putusan hakim yang memenjarakan Ahok .
Sebenarnya berawal dari digulirkan aksi sejuta lilin untuk Ahok, malah nampaknya mendapat sambutan dari sebagian warga Minahasa dan pakai hitam-hitam ikat kepala merah. Kelewatan dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Kami sangat kecewa dengan issu agama dan kemudian diboncengi makar mengambil kesempatan dan dari dulu subur di Minahasa. Sudah ada makar dengan mengibarkan bendera Minahasa Merdeka pada 10 Mei 2017. Orang pakaian lengkap adat Minahasa melarang dan menghadang Wakil Rakyat DPR Fahri Hamzah di Bandara Sam Ratulangie Manado.
Namun perlu diingat bahwa deklarasi Minahasa Merdeka ini bukan pertama kali terjadi dalam sejarah. Sekelompok orang Minahasa juga telah mendeklarasikan gerakan kemerdekaan untuk kesekian kalinya.
Gerakan separatisme berawal dari sikap Alexander Andries Maramis yang memprotes Piagam Jakarta Sila Pertama dan akan memisahkan diri Indonesia yang disahkan 22 Juni 1945. Tapi dapat dipenuhi oleh pendiri bangsa ini. Kedua kalinya bibit separatism, dipimpin Letkol Ventje 1958 karena ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat terhadap daerah. Ketiga, ketika F.H. Sualang dan Drs. Dolvie Tanor dalam Forum Kongres Minahasa Raya pada sabtu, 5 Agustus 2000 dan mengultimatum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bahwa jika Sidang Tahunan itu mengamandemen UUD '45 dengan memasukkan Piagam Jakarta ke dalamnya, tanah Toar Lumimuut akan merdeka
Pada 25 September 2006 Dolfie Maringka bersama Revly O.A. Pesak, mendeklarasikan Gerakan Kemerdekaan Minahasa. Nama gerakan yang diinisiasi Dolfie tentu mudah dianggap separatis.
Karena itu kami dari Laskar Merah Putih Markas Daerah Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan sikap tentang Minahasa Merdeka beberapa hal sebagai berikut :
1. Meengajak semua pihak untuk menghentikan stigma anti toleransi sesama anak bangsa. Ia mengimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia untuk kembali ke semangat sumpah pemuda.
2. Polisi harus mampu meredam isu Minahasa Merdeka yang dapat menyebabkan perpecahan antara anak bangsa.
3. Aparat Kepolisian harus membongkar siapa dalang Deklarasi Minahasa Merdeka
4. Sekelompok orang telah mendeklarasikan berdirinya negara Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara mengibarkan bendera Minahasa Raya simbol bendera warna merah biru ditaburi 9 bintang .
5. Referendum ini Sulut ini merupakan ancaman terhadap NKRI dan bukan sekedar gertak sambal yang diucapkan oleh orang mabok, dan Polri harus menindaknya
6. Sikap Saudara Saudara kita di Sulawesi Utara sudah menunjukkan separatisme dan sudah menjalarkan kepada beberapa generasi dari dulu dan dapat meletup jika ada pemicu perpecahan kebangsaan. Minahasa seperti Organisi Papua Merdeka (OPM)atau Republik Makuku Selatan (RMS) yang sudah memiliki Bendera sendiri.
7. Presiden harus segera menyikapi dengan seriusi sebagai ancaman makar terhadap NKRI dengan mengambil langkah segera mengusut dan menuntaskan polemic terkait Minahasa Merdeka
8. Dalam Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017, Politik devide et impera harus dilawan dengan mendengungkan tekad persatuan, dan menjawab politik yang meecah belah dengan adanya mantram nasionalisme Indonesia yang merapatkan barisan.
Demikianlah pernyataan sikap atas kami, segala perhatian kami ucapkan terima kasih
Merdeka, NKRI, HARGA MATI. BANGKITLAH INDONESIAKU.
Makassar, 20 Mei 2017
MARKAS DAERAH SULAWESI SELATAN
LASKAR MERAH PUTIH
{MADA SULSEL-LMP}
TAUFIK HIDAYAT
PANGLIMA MADA SULSEL
MUSKARNAIN YUNUS GAJAHMADA HARDING
KETUA HARIAN SEKRETARIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar