Memangnya LMP Ini Milik Pribadi Ketua
Pinrang adakah Pemegang Kunci Sejarah LMP di Sulsel. Betapa tidak, Ketua Markas Cabang Kabupaten Pinrang merupakan yang tertua di wilayah ini. Bahkan Marcab Pinrang kelahiran jauh mendahului Markas Daerah Sulawesi Selatan. Tutur Sekretaris Pinrang, Ir. H. Andi Aris Mangga di sela sela kunjungan ke Sekretariat yang baru di Serigala 32 Makassar.
Tahun 2008, sebenarnya sudah ada Laskar Merah Putih (LMP) dibawah oleh almarhum Jenggo Effendy yang tinggal di kota Palopo. Namun dia tak mampu menyusun kepengurusan akibat aktivitas yang banyak diluar. Lagian, dia kurang banyak kenal teman teman aktivitas Makassar. Sedangkan pesan Ketum Eddy Hartawan almarhum, untuk mensosialisasi LMP ke Sulsel, kita rekruit aktivis.
Alasan Ketum Eddy Hartawan adalah semangat yang menyala nyala dalam diri mahasiswa, yang tidak akan ditemui pada orang lain. Selain itu, lagi lagi berkibarnya semangat aktivitis akibat turun bersama menurunkan regim Suharto. Kita butuh aktivis yang mampu mengembangkan organisasi LMP yang Nasionalis.
Tapi dasar Jenggo tak punya waktu, dan dia tak mampu menyusun struktur membuat ia kendala menakhodai Sulsel dengan baik. Sedangkan Ketum adalah orang progresif yang ingin melihat perkembangan. Setelah 3 bulan diberi kesempatan, akhirnya diminta merekrut Aktivitis Makassar agar laju LMP tidak lamban seperti ini.
Saat diberi kesempatan, Jenggo juga tak bisa memanaje organisasi baru ini. Jangankan membentuk beberapa Marcab Forum Bersama LMP di daerah, pengurusnya belum kela. Akibatnya, dia mempercayai Aktivis Makassar dengan pertimbangan Ketum almarhum yaitu semangat aktivitis yang tidak bisa diragukan lagi. Mereka telah menumbangkan rezim orde baru dengan semangat yang radikal. Alasan kedua, Jenggo tak bisa mengendalikan FB LMP dari kota Palopo, tapi sentral SULSEL ternyata 400 Kilo meter dari Makassar, ibukota Sulsel. Dua hal ini alasan Ketum almarhum memutuskan kepercayaan kepada yang muda.
Taufiq Hidayat, Atok Suharto, Andi Noer Aliem, Muskarnain Yunus, yang memang aktif mengikuti LMP dalam membebaskan Srikandi Manohara Pinot di diberita , mengambil alih dan komunikasi gencar dengan Mabes. Berangkat utusan ke Mabes dan meminta arahan selanjutnya dan bagaimana posisi Jenggo. Akhirnya kelompok muda berhasil mengambil alih .
Dalam waktu jeda dan terpesona dengan tindak tanduk KETUM, Dr. Sulthani, dan karena tidak adanya yang dapat dihubungi di Makassar, beliau terbang ke Jakarta untuk minta mandat untuk membentuk FB LMP MARCAB Pinrang. Ia akhirnya membawa sendiri Struktur Pinrang ke Mabes karena belum adanya Mada FB LMP yang sah dan ada SK yang dapat dijadikan patokan.
Kami memang lebih tua dibandingkan Mada Sulsel. Meskipun kami anak, kami lebih dulu lahir dibandingkan Sulsel. Kami lebih dulu mengenyam garam organisasi, makanya dulu kurang harmonis dengan Mada SULSEL. Jelas Sekretaris, Ir Andi Aris Mangga.
Sekretaris Pinrang yang ikut Rapat Mosi Tidak Percaya terhadap Irwan Adnan, Ketua Mada Sulsel, menambahkan kami kecewa dengan sikap sebagai ketua tak menghargai aturan organisasi. Dari dulu, persyaratan bertandatangan ketua dan sekretaris. Atau wakil ketua dengan Sekretaris atau ketua dan Wakil Sekretaris untuk menjaga Dwi Tunggal dalam organisasi. Tidak pernah dalam Laskar, bertandatangan ketua saja sendiri. Ini menunjukkan ada tendensi berorganisasi. Kasian, padahal Scan tanda tangan bisa membantu. Tidak boleh sendiri bertandatangan.
Beberapa kali ke Makassar berkunjung, tidak pernah ketemu ketua. Handphonenya tidak pernah diangkat. Dia juga tak pernah ada Sekretariat di Jl Anuang 34. Lucunya, Markas ini tidak seperti markas LMP. Tertutup sepanjang hari, sehingga tak ada waktu untuk silaturahmi dengan pengurus Mada, apalagi Ketua, jangan mimpi ketemu. Jengkel nadanya
Coba bandingkan dengan aktivitas di Pintu Air, Petojo dan Jatinegara, Ketua Umum setiap saat bisa ditemui setiap saat. Bahkan sampai jam 2 kalau kita penting. Beliau menganggap silaturahmi dengan Saudara seluruh Indonesia sebagai tanggung jawab sebagai ketua. Besar volume suaranya pertanda emosi ditahan.
Ketum H. Adek Erfil Manurung SH dan M. Arsyad Cannu, Ketua Harian Mabes LMP sempat mengunjungi Marcab Pinrang dan terus ke Enrekang , Tana Toraja dan Toraja Utara. Dengan ketidakhadiran ketua Mada
Sulsel dengan berbagai alasan. Padahal jauh jauh ke Pinrang di kampung Ketua Harian, seharusnya sebagai Ketua, dia seharusnya menempel Ketum setiap saat sampai pulang ke Jakarta. Harapnya Sekretaris Pinrang.
Memangnya LMP milik pribadi ketua, sehingga ditutup setiap saat. Atau kita dianggap pencuri yang datang di Sekretariat. Kami yang datang dari kampung atau Daerah bagaimana mana harapkan bermalam di Sekretariat jika tertutup setiap saat. Kami kecewa berat dengan perlakuan Mada dan Ketua Mada yang tidak pernah menemui Ki. Tambahnya
"Bagaimana kami melaporkan ada sesuatu dan hal yang penting dengan menelpon, kakinya ditutup jika tahu nomor pengurus dari daerah. Bagaimana ketua begini yang dipercayai ini memimpin kalau tidak mampu berkomunikasi." Kata pengusaha ini
Ia menghabiskan pembicaraannya dengan harapan nantinya Ketua pengganti dapat menerima setiap saat seperti Ketum. Ia juga harus memiliki menemaninya untuk berdiskusi. Selain itu, ketua baru harus meluangkan waktu ke daerah untuk road show untuk melihat kami di daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar