Total Tayangan Halaman

Rabu, 01 November 2017

SEJARAH PERKEMBANGAN SKI AIR di INDONESIA.

SEJARAH PERKEMBANGAN SKI AIR di INDONESIA.

Berdirinya Ski Air di Indonesia adalah merupakan inspirasi dari Andi Mattalatta untuk mengajarkan kepada para prajurit TNI (Tentara Nasional Indonesia) bagaimana cara "berenang" sebagai salah satu cara untuk mengamankan dan mempertahankan Negara dari gangguan penjajah dan pemberontak. Banyaknya jumlah pulau-pulau dinegara kita Republik Indonesia inilah yang juga memicu berkembangnya Ski Air di Indonesia.

Pada tahun 1950, Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) mendirikan satu Divisi APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang masih bernaung dibawah nama TNI dan diberi nama “Gerakan Pertiwi”. Adapun maksud pembentukan DIVISI ini adalah untuk “mengambil alih tanggung jawab Keamanan di Wilayah Indonesia Timur”. “Gerakan Pertiwi” yang didirikan ini berada dibawah pimpinan Operasi, Kolonel A.E Kawilarang dengan komando-komando team tempur antara lain: LetKol. Inf. J.F. Warouw, LetKol.Inf. Soeharto (Presiden Pertama N.K.R.I), Mayor Inf. Andi Mattalatta dan LetKol. Inf. Soekawati.

Divisi “Gerakan Pertiwi” ini mendarat secara serentak pada tanggal 26 April 1950 didaerah tanggung jawab masing-masing, yaitu: Team Tempur Andi Mattalatta mendarat disektor Pantai Barat, Team Tempur J.F. Warouw di sector Kota Makassar, Team Tempur Soeharto di sektor Pantai Selatan dan Team Tempur Soekawati si sektor pantai Timur Sulawesi Selatan. Pendaratan berlangsung dengan sukses dan pengambil alihan tanggung jawab keamanan diseluruh Sulawesi Selatan, berlangsung tanpa penghalang yang berarti.

Dengan munculnya pemberontakan yang dilakukan oleh RMS, pada bulan Desember 1950, Andi Mattalatta dengan batalyon yang baru saja dibentuknya yang dinamakan “OOSTERLING”, ditugaskan ke Ambon untuk menaklukkan RMS di Haruku, Nusa Laut dan Ceram. Pada tanggal 14 September 1951, Andi Mattalatta diangkat menjadi Komandan Basis Militer Ambon dan diberikan 7 batalyon yang harus dibina fisik, mental dan moril nya yang mana mereka secara khusus dilatih agar dapat berenang karena dalam pendaratan-pendaratan dengan menggunakan Landingcraft LCM, LCS dan LCPP, banyak prajurit yang gugur bukan karena kena tembakan tetapi karena tenggelam akibat dari ketidak mampuan mereka untuk berenang.

Pada tanggal 19 Februari 1952, Andi Mattalatta dengan batalyon OOSTERLING nya ditugaskan kembali ke SulSel untuk turut menaklukkan pelarian CTN (Corp Tjadangan Nasional) dibawah pimpinan bekas LetKol. Inf. Kahar Muzakkar, yang kemudian membentuk pasukan-pasukan pemberontak dan menyebarkannya keseluruh pelosok Sulawesi Selatan dan Tenggara. Oleh karena pasukan pemberontak banyak yang medirikan kubu didaerah yang dilindungi oleh rawa-rawa yang cukup dalam, maka banyak tentara pengaman Negara yang tenggelam ketika menyerang ke kubu pemberontak tersebut.

Ketidak mampuan prajurit dalam berenang selalu menjadi pikiran bagi Andi Mattalatta dan mengingatkan Andi Mattalatta pada sebuah film tentang demonstrasi Ski Air berjudul “EASY to LOVE” yang diperankan oleh juara renang Olympiade 1948, Easther William. Film tersebut ditonton oleh beliau pada saat beliau dipanggil oleh Kolonel Gatot Soebroto ke Semarang. Film “Easy to Love” inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi Andi Mattalatta menarik perhatian para prajurit untuk “belajar berenang”.

Pada bulan Oktober 1952 di Pantai Lumpue (didekat Pare-Pare, Sulawesi Selatan), Andi Mattalatta mulai belajar bermain “Ski Air” dengan menggunakan papan yang dibentuk sesuai apa yang beliau lihat di film “Easy to Love” tersebut. Ketika Andi Mattalatta sudah mulai menguasai cara meluncur dengan Ski Air kemudian beliau mengajarkannya kepada para prajurit yang mulai tertarik dengan adanya olahraga yang baru dan unik tersebut. Tetapi karena banyak prajurit yang tidak dapat berenang dan karena pada saat itu belum dikenal “pelampung/life vest”, maka rajinlah para prajurit tersebut untuk belajar berenang agar dapat bermain Ski Air. Demikianlah, dalam waktu yang singkat, Ski Air berkembang di Pare-Pare.

Ketika Andi Mattalatta diangkat menjadi “Komandan Komando Pangkalan Militer Makassar” pada tanggal 1 April 1954, selain mengamankan wilayah kota Makassar dan sekitarnya, beliau juga meningkatkan kegiatan olahraga terutama Olahraga Perairan dengan mendirikan sebuah “rumah ditanah pantai sebelah selatan (yang kemudian hari disebut “Gedung POPSA)” untuk menyimpan alat-alat Ski Air dan Boat-boat/sampan penarik pemain Ski Air. Demikianlah, kemudian olahraga Ski Air ini menarik minat masyarakat dan bangsa Asing yang berdomisili di Makassar yang kemudian ikut belajar bermain Ski Air.

Karena minat masyarakat pada Ski Air semakin berkembang, maka dianggap sudah tiba saatnya untuk mendirikan sebuah organisasi sebagai wadah olahraga ini. Pada tanggal 10 Februari 1957, diadakanlah musyawarah daerah yang berhasil menyusun kepengurusan yang baru, mensahkan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta meresmikan penggunaan rumah yang pernah dibangun sebagai “Rumah perkumpulan”. Kemudian organisasi atau perkumpulan tersebut dinamakan oleh beliau yaitu “Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air – Makassar” disingkat “P.O.P.S.A”.

Pada periode jabatannya sebagai Panglima/Ketua Penguasa Perang DMSST (diangkat pada tgl. 1 Juni 1957), pada tanggal 28 September 1957 yaitu pada Pembukaan PON IV, Andi Mattalatta dengan P.O.P.S.A. yang telah dibinanya, mengadakan demonstrasi Ski Air yang ditonton Bapak Presiden Soekarno bersama rombongan yang terdiri dari 14 orang Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sejumlah besar Duta Besar dan Perwakilan Negara Sahabat.


Formasi-formasi yang dilakukan ketika POPSA Makassar mengadakan demo Ski Air dihadapan Presiden Ir. Soekarno, tahun 1957 di pantai Losari Makassar.


Ir. Soekarno (waktu itu Presiden NKRI), ketika sedang menyaksikan demo Ski Air dipantai Losari Makassar.

Pada tanggal 19 Agustus 1959, POPSA Makassar bertolak ke Jakarta untuk mengikuti “Interport Regatta I 1959” yang berlangsung tanggal 21 – 23 Agustus 1959 di Tanjung Priok Jakarta. Pada saat ini POPSA diundang khusus oleh Ketua Umum PEROPI Mr. Ali Boediardjo untuk memberikan demonstrasi Ski Air dihadapan masyarakat Jakarta. “Interport Regatta II” tahun 1960 kemudian dilaksanakan di kota Makassar. ” Interport Regatta III 1961” diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 28 – 30 Juli 1961 dimana diperlombakan 2 event yaitu “Trick dan Slalom”.

Ketika selesai mengikuti Pendidikan di SESKOAD, Andi Mattalatta diangkat sebagai AsPri Menteri Keamanan Nasional untuk berbagai tugas khusus. Beliau kemudian mendirikan Club Ski Air untuk “Staf Keamanan Nasional” dan “POPSA cabang Jakarta” yang terdiri dari 6 anak cabang, antara lain anak cabang Kebayoran Baru, anak cabang Tanjung Priok, anak cabang Menteng, anak cabang Kramat, anak cabang Sarinah Store dan anak cabang Halim Perdana Kusuma (Angkatan Udara).

Pada tahun 1970, Andi Mattalatta berhasil menyusun Organisasi Ski Air Indonesia dengan nama “Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia” disingkat PSASI, lengkap dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan mempunya 16 Peng Da di 16 Daerah Tingkat I/Propinsi dan diterima menjadi anggota sementara KONI Pusat. Setahun kemudian PSASI resmi diterima menjadi anggota penuh KONI Pusat dan melepaskan diri dari status sebagai Seksi SKI AIR pada PEROPI.

P.B PSASI mengadakan MUNAS dan KEJURNAS yang Pertama di Makassar (Ujung Pandang) pada tgl. 20 – 28 Agustus 1972. Munas ini diketuai oleh Let Jendral Pol Saleh Iranto dan mengambil keputusan untuk mengangkat Brig Jend Andi Mattalatta sebagai “BAPAK SKI AIR INDONESIA”.

ANDI MATTALATTA, "Bapak SKI AIR INDONESIA"

ANDI MATTALATTA, "Bapak SKI AIR INDONESIA"

Monday, November 5, 2007

Prestasi OLAHRAGA

PRESTASI OLAHRAGA
“ANDI MATTALATTA”

1. Tahun 1936. - di Makassar.
a. Juara II. untuk 1000 meter sprint balap sepeda di Makassar (waktu : 1 m 8 det)
b. Juara II. Tennis Pelajar di Makassar.
c. Juara I. KIas Bantam Tinju Amateur di Makassar

2. Tahun 1937. - di Makassar.
Juara I. untuk 1000 meter sprint balap sepeda di Makassar.

3. Tahun 1937 sid tahun 1942.- di Makassar.
Juara I. KIas Bantam/BululWelter-Welter/ringan Tinju Amateur di Makassar.


4. Tahun 1937. - di Makassar.
a. Juara I. Lempar Cakram (32,15 meter).
b. Juara II. Lempar Lembing (44,10 meter).
c. Juara II. Lari 100 meter Lapangan Rumput (11,5 sec.)
d. Juara II. Loncat tinggi ( 1,65 meter).
e. Juara II. Loncat tinggi galah (3,20 meter).
f. Juara II. Loncat jauh galah (9,45 meter).

5. Tahun 1938. - di Makassar.
a. Juara I. Dasa-Lomba.
b. Juara I. Senam Lantai (floor exercise) 9 point.
c. Juara I. Palang _ sejajar (Brug atau parallel bars) 9 point.
d. Juara I. Palang-tunggal (Rekstok,atau Horizontal bar) 8,5 point.
e. Juara III. Gelang·gelang (Ringen atau still rings) 7,5 point.
f. Juara II. Loncat kuda-kuda (Long hors) 8 point.
g. Juara Umum I. Senam .



6. Tahun 1939. - di Makassar.
a. Juara I. 4000 meter balap sepeda.
b. Juara II. Layar KI.V.
c. Juara I. Loncat tinggi galah (3,30 meter).
d. Juara I. Loncat jauh galah ( 9,70 meter).
e. Juara I. Loncat tinggi (1,70 meter).

7. Tahun 1940. - di Makassar.
a. Juara I. Loncat Indah papan 3 meter (6 loncatan dengan jumlah point 50~ )
b. Juara II. 100 meter gaya bebas (1 menit 5 sec.)
c. Juara II. 100 meter gaya dada (1 menit 17 sec.)
d. Juara II. 100 meter gaya punggung (1 menit 16 sec.)

8. Tahun 1941. - di Makassar
a. Juara I. Loncat Indah Papan 3 meter (6 loncatan dengan jumlah point 52).
b. Juara I. 100 meter gaya bebas (1 menit 4 sec.)
c. Juara II. 100 meter gaya dada (1 menit 16 sec.)
d. Juara III. 100 meter gaya punggung (1 menit 15 sec.)
e. Juara II. 100 meter gaya kupu-kupu (1 menit 8 sec.)

f. Juara II. 400 meter gaya berganti (4 menit 56 sec.)

9. Tahun 1942. - di Makassar
a. Juara I. Loncat jauh galah (9J60 meter).
b. Juara I. Loncat tinggi galah (3,25 meter)
c. Juara I. Lempar cakram (32,10 meter)
d. Juara I. Tolak peluru (12,15 meter).

10. Tahun 1943. - di Makassar.
a. Juara I. Loncat tinggi galah (3,30 meter)
b. Juara I. Loncat jauh galah (9,80 meter)
c. JuaraJ. Loncat tinggi (1,70 meter).
d. Juara III. Loncat jauh ( 5,65 meter).

11. Tahun 1950. - di Pare-Pare
a. Juara I. Loncat tinggi (1,70 meter).
b. Juara I. Loncat tinggi galah (3,30 meter).
c. Juara I. Lempar cakram (32, 90 meter).
d. Juara I. Lari sprint 100 meter lapangan rumput (11,4 sec.)

12. Tahun 1951. - di Ambon.
a. Juara I. Loncat tinggi (1,65 meter).
b. Juara I. Lempar cakram (31,90 meter).
c. Juara II. Lempar lembing (45,15 meter).
d. Juara II. Tolak peluru (11,75 meter).

13. Tahun 1952. - di Pare-Pare.
a. Juara I. Loncat tinggi (1,70 meter).
b. Juara I. Lempar cakram (32,90 meter).
c. Juara I. Lempar lembing (45,15 meter).
d. Juara II. Lari 100 meter lapangan rumput (11,7 sec.).

14. Tahun 1952 s/d Tahun 1971.
Selaku Pelopor dan Pelatih Ski Air Indonesia, dari tahun 1952 sid tahun 1971 selaku athleet Ski Air terbaik (belum terkalahkan).

15. 1-7-1958 s/d 8-7-1958. - Makassar.
Pada Pekan Olahraga ABRI di Makassar, mengikuti event Athletiek Veteran:
a. Juara I. Lari 100 meter Sintelbaan (11,8 sec.)
b. Juara I. Lempar Cakram (30,20 meter).
c. Juara I. Tolak peluru (11,85 meter).
d. Juara III. Lempar lembing (42,15 meter).

16. Tahun 1960. - di Makassar.
Pada Interport Regatta ke-II. di Makassar, mengikuti event Lomba Motorboat Circuit 6 lap

a. juara I. KI.30 hp Utility (38 menit 20 sec.)
b. Juara I. KI. 40 hp Hydroplane (34 menit 25 sec.)
c. Juara I. KI. 40 hp Runabout (36 men it 10 sec.)
d. Juara III. Free for All. (32 menit 12 sec.)

17. Tahun 1961. - di Surabaya
Pada Interport Regatta ke-1I1. di Surabaya, mengikuti event Lomba Motorboat
a. Juara I. KI. 50 hp Hydroplane Circuit 6 lap a 1 myl 3 hit (21 men it 6 sec.)
b. Juara I. KI. "Slalom" Free for All, 1 1/2 myl. (2 menit 15 awc.)
c. Juara II. Marathon Free for All, 30 myl. (36 menit 4 sec.)

18. Tahun 1962.- di Jakarta.
Dalam rangka Penyelenggaraan Asian Games ke-IV di Jakarta, mengikuti Lomba motorboat.
a. Juara I. KI. 50 hp Utility Circuit 6 lap a 1 1/2 myl, 3 hit. (33 menit 8 sec.)
b. Juara I. KI. Slalom Free for All, 1 1/2myl (2 menit 12 sec.)

19. Tahun 1963. - di Jakarta.
Dalam rangka Penyelenggaraan GANEFO I. (Games for the New Emercing Forces), mengikuti Lomba motorboat.
a. Juara I. KI. 40 hp Utility Circuit 6 lap a 1 1/2 myl, 3 hit (35 menit 11 sec.)
b. Juara I. KI. 50 hp Utility Circuit 6 lap a 1 1/2 myl, 3 hit (32 menit 42 sec.)
c. Juara I. KI. 40 hp Hydroplane cIrcuit 6 lap a 11/2 myl, 3 hit. (34 men it 16 sec.)
d. Juara I. Slalom Free for all, 1 1/2 my I. (2 menit 10 sec.)

20. Tahun 1969. - di Surabaya
Pada PON VII/1969 (PON POLITIK/PEMERSATU PEMUDA), mengikuti Lomba Motorboat
a. Juara I. KI. Slalom Free For All, 1 1/2 myl (2 menit 10 sec.)
b. Juara II. Marathon Free for all, 30 myl (35 menit 48 sec.)

Ujung Pandang, 17 Agustus 1996


( H. ANDI MATTA LATTA)

RADLIA MATTALATTA at 5:05 AM

Andi Mattalatta Ternyata Juga Seorang Petinju

Andi Mattalatta Ternyata Juga Seorang Petinju

Edwin Jardhy 17 Maret 2016HeadlineNewsSosok

MAKASSAR, Mayjen (Purn.) H. Andi Mattalatta adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal tanah Bugis yang juga dikenal sebagai tokoh olah raga. Ia meninggal pada tanggal 16 Oktober 2004 di kediamannya, Jalan Dr. Ratulangi No. 12 Makassar. Ayah dari almarhumah artis Andi Meriam Mattalatta ini lahir pada tanggal 1 September 1920 dan meninggal dalam usia 84 tahun.

Beliau memiliki prestasi dalam olahraga renang, loncat indah, tinju, dan bahkan hampir semua jenis olahraga yang ditekuninya. Tidak heran bila Andi Mattalatta dijuluki maniak olahraga. Atas kehebatannya di masa kolonial Belanda, Andi Mattalatta menjadi satu-satunya pribumi yang direstui bergabung menjadi anggota Sport Stait Spieren (SSS) yang didirikan untuk anak-anak Belanda di masa itu.

Jadi Petinju

Di bidang olahraga, Andi Mattalatta sudah menunjukkan kepiawaiannya sejak tahun 1932, menyisihkan atlet-atlet keturunan Belanda dalam renang gaya dada memperebutkan piala Ratu Wilhelmina der Nederlanden van Oranje Nassau di Makassar. Di usia 15 tahun, Andi Mattalatta menjadi petinju yang mengawali prestasi di kelas bulu (55 kg) dengan meng-KO petinju Batavia, Kid Usman, kelas ringan (60 kg). Ia juga menjadi pelatih di beberapa klub atlet karena kemahirannya.

Namun penyandang berbagai anugerah bintang dan satya lencana perjuangan itu juga aktif membangun dunia olahraga di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Sebelum mengawali karir militer, bangsawan Bugis-Makassar kelahiran Barru itu adalah seorang atlet.

Semasa muda, Andi Mattalatta merupakan panglima pertama Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST). Ia dilantik pada tanggal 1 Juni 1957 oleh Kasad. Mayjen. TNI A.H. Nasution. Andi Mattalatta memulai perjuangannya di pentas militer yang diawali sebagai Tokubetsu Teisintai di masa pendudukan Jepang pada tahun 1944.

Tumpas RMS

Ketika bertugas sebagai Komandan Batalyon di Pare-pare, Andi Mattalatta mengharuskan semua anak buahnya untuk pandai berenang. Masalahnya, katanya, ia punya pengalaman pahit saat memimpin Gerakan Operasi Militer (GOM) di Pulau Haruku, Maluku Selatan, ketika menumpas gerombolan Repu­blik Maluku Selatan (RMS).

Prajurit yang tergabung dalam Batalyon 705 Mattalatta yang diberangkatkan pada tanggal 18 Desember 1950 saat itu banyak yang gugur bukan karena tertembak musuh, melainkan tenggelam ketika terjadi pendaratan pantai. Soal kepandaian berenang sangat prinsip bagi seorang prajurit, dan itu harus dikuasai.

Baca juga: Kisah Ho Eng Dji Pencipta lagu Ati Raja, Sailong dan Amma Ciang

Ketika menjadi Komandan Komando Pangkalan Militer Makassar tahun 1953, olahraga ski air berkembang pesat di Makassar dan menarik perhatian masyarakat luas. Andi Mattalatta sering mengundang para perwira untuk memperoleh rekreasi segar dan membebaskan mereka dari kejenuhan tugas.

Tak ketinggalan, bangsa asing yang berdomisili di Makassar pun ikut belajar main ski air menyusuri pantai Makassar, Pulau Lae-Lae, Pulau Samalona dan Pulau Meroux yang sekarang bernama Pulau Kayangan.

Membangun Stadion Mattoangin

Tahun 1952 Andi Mattalatta memprakarsai pembangunan Stadion Mattoanging Makassar (Sekarang menjadi Stadion Andi Matalatta) yang dilengkapi gedung olahraga, kolam renang serta fasilitas olahraga lainnya di Makassar. Ia juga menjadi tokoh penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON) IV tahun 1957 di kota Makassar.

Stadion ini lebih sering dipergunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola dan merupakan kandang dari tim kebangaan rakyat Makassar PSM Makassar. Stadion ini memiliki kapasitas untuk 30.000 orang.

Stadion ini dulunya adalah perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia, atas prakarsa Andi Mattalata yang merupakan mantan panglima Kodam XIV/Hasanuddin, diubah menjadi sebuah stadion olahraga.

Bapak Ski Air Indonesia

Pantai Lumpue, Kota Pare-pare (163 km arah utara Makassar), memiliki kesan sejarah yang tak terlupakan oleh Andi Mattalatta, sebab dari pantai indah berpasir putih itu ia mulai merintis cikal bakal keberadaan olahraga ski air di Indonesia. Keinginan Mattalatta mempelajari olahraga itu bangkit karena terobsesi film “Easy to Love”.

Ketika Andi Mattalatta sudah mulai menguasai cara meluncur dengan Ski Air kemudian beliau mengajarkannya kepada para prajurit yang mulai tertarik dengan adanya olahraga yang baru dan unik tersebut. Tetapi karena banyak prajurit yang tidak dapat berenang dan karena pada saat itu belum dikenal “pelampung/life vest”, maka rajinlah para prajurit tersebut untuk belajar berenang agar dapat bermain Ski Air. Demikianlah, dalam waktu yang singkat, Ski Air berkembang di Pare-Pare.

Ketika Andi Mattalatta diangkat menjadi “Komandan Komando Pangkalan Militer Makassar” pada tanggal 1 April 1954, selain mengamankan wilayah kota Makassar dan sekitarnya, beliau juga meningkatkan kegiatan olahraga terutama Olahraga Perairan dengan mendirikan sebuah “rumah ditanah pantai sebelah selatan (yang kemudian hari disebut “Gedung POPSA)” untuk menyimpan alat-alat Ski Air dan Boat-boat/sampan penarik pemain Ski Air. Demikianlah, kemudian olahraga Ski Air ini menarik minat masyarakat dan bangsa Asing yang berdomisili di Makassar yang kemudian ikut belajar bermain Ski Air.

Karena minat masyarakat pada Ski Air semakin berkembang, maka dianggap sudah tiba saatnya untuk mendirikan sebuah organisasi sebagai wadah olahraga ini. Pada tanggal 10 Februari 1957, “Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air – Makassar” disingkat “POPSA”.

Pada tanggal 28 September 1957 yaitu pada Pembukaan PON IV, Andi Mattalatta dengan POPSA yang telah dibinanya, mengadakan demonstrasi Ski Air yang ditonton Bapak Presiden Soekarno bersama rombongan yang terdiri dari 14 orang Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sejumlah besar Duta Besar dan Perwakilan Negara Sahabat.

Berikut dibawah ini adalah foto-foto aksi dari Andi Matalatta dalam olah raga ski air yang diposting oleh Radlia Matalatta di blogspot.

 

Aksi A Matalatta dalam ski air – Foto: Koleksi PribadiIr. Soekarno (waktu itu Presiden NKRI), ketika sedang menyaksikan demo Ski Air dipantai Losari Makassar. – Foto: Koleksi Pribadi

Dok. Makassar Terkini

Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan Andi Azis
Andi Aziz merupakan seorang mantan perwira KNIL. Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama dengan pasukan KNIL di bawah komandonya menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan Letnan Kolonel Ahmad Junus Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.

Pemberontakan dibawah pimpinan Andi Aziz  ini terjadi di Makassar diawali dengan adanya kekacauan di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan tersebut terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti-federal, mereka mendesak NIT segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu terjadi demonstrasi dari golongan yang mendukung terbentuknya Negara federal. Keadaan ini menyebabkan muncul kekacauan dan ketegangan di masyarakat.

Untuk menjaga keamanan maka pada tanggal 5 April 1950, pemerintah mengirimkan 1 batalion TNI dari Jawa. Kedatangan pasukan tersebut dipandang mengancam kedudukan kelompok masyarakat pro-federal. Selanjutnya kelompok pro-federal ini bergabung dan membentuk “Pasukan Bebas” di bawah pimpinan Kapten Andi Aziz. Ia menganggap masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.

 

Pada 5 April 1950, pasukan Andi Aziz menyerang markas TNI di Makassar dan berhasil menguasainya bahkan Letkol Mokoginta berhasil ditawan. Bahkan Ir.P.D. Diapari (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan tindakan Andi Aziz dan diganti Ir. Putuhena yang pro-RI. Tanggal 21 April 1950, Wali Negara NIT, Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mengatasi pemberontakan tersebut pemerintah pada tanggal 8 April 1950 mengeluarkan perintah bahwa dalam waktu 4 x 24 Jam Andi Aziz harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kepada pasukan yang terlibat pemberontakan diperintahkan untuk menyerahkan diri dan semua tawanan dilepaskan. Pada saat yang sama dikirim pasukan untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang.

Pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz berangkat ke Jakarta setelah didesak oleh Presiden NIT, Sukawati. Tetapi Andi Aziz terlambat melapor sehingga ia ditangkap dan diadili sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melakukan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada 21 April 1950 pasukan ini berhasil menduduki Makassar tanpa perlawanan dari pasukan pemberontak.

Tanggal 26 April 1950, pasukan ekspedisi yang dipimpin A.E. Kawilarang mendarat di Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan tidak berlangsung lama karena keberadaan pasukan KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Mereka melakukan provokasi dan memancing bentrokan dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara APRIS dengan KL-KNIL terjadi pada 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada waktu itu berada dalam suasana peperangan. APRIS berhasil memukul mundur pasukan lawan. Pasukan APRIS melakukan pengepungan terhadap tangsi-tangsi KNIL.

8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah sangat kritis.Perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari KL-KNIL. Hasilnya kedua belah pihak setuju untuk dihentikannya tembak menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL harus meninggalkan Makassar.

http://mkssej6.blogspot.co.id/2012/10/pemberontakan-andi-azis.html?m=1

Andi Mattalata

Andi Mattalata

Andi Mattalata

Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta (lahir di BarruSulawesi Selatan1 September 1920 – meninggal di MakassarSulawesi Selatan16 Oktober 2004 pada umur 84 tahun[1]) adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Bugis yang juga tokoh olahraga Indonesiaterutama dalam olahraga renangski air dan tinju. Ia juga merupakan ketua penyelenggara PON IV di Makassar. Ia juga merupakan ayah dari penyanyi Indonesia, Andi Meriem Mattalata. Atas jasa-jasanya namanya diabadikan sebagai nama stadion di Makassar yaitu Stadion Andi Mattalata.

Di bidang olahraga, Mattalatta sudah menunjukkan kehebatannya sejak 1932, ketika ia menyisihkan atlet-atlet keturunan Belanda dalam renang gaya dada memperebutkan piala Ratu Wilhelmina der Nederlanden van Oranje Nassau di Makassar. Pasa usia 15 tahun, Mattalatta menjadi petinju yang mengawali prestasi pada kelas bulu (55 kg) dengan meng-KO petinju Batavia, Kid Usman, kelas ringan (60 kg). Ia juga menjadi pelatih dibeberapa klub atlet karena kemahirannya dalam olahraga-olahraga tersebut.

Ketika bertugas sebagai Komandan Batalyon di Pare-Pare, Mayor Andi Mattalatta mengharuskan semua anak buahnya untuk pandai berenang. Hal ini disebabkan karena dia mempunyai pengalaman pahit ketika memimpin Gerakan Operasi Militer (GOM) di Pulau HarukuMaluku Selatan ketika menumpas gerombolan Republik Maluku Selatan (RMS). Prajurit yang tergabung dalam Batalyon 705 yang diberangkatkan 18 Desember 1950 banyak yang gugur bukan karena tertembak musuh, melainkan tenggelam ketika terjadi pendaratan pantai.

Pada tahun 1952, Andi Mattalatta memprakarsai pembangunan Stadion Mattoanging, Makassar yang dilengkapi gedung olahraga, kolam renang, serta fasilitas olahraga lainnya di Makassar. Dia juga menjadi tokoh penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON) IV tahun 1957 di Kota Makassar.

Pada tahun 1954, ia mendirikan Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air (POPSA) di Makassar dan membangun rumah klub di depan Fort Rotterdam, tepi pantai Kota Makassar.

Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin

Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin

Lambang Kodam XIV/Hasanuddin

Aktif20 Juni 1950 - sekarangNegaraIndonesiaCabangTNI Angkatan DaratTipe unitKomando daerah militerBagian dariTentara Nasional IndonesiaMarkasMakassarSulawesi SelatanSitus webwww.kodam-wirabuana.mil.idKomandan tempurPangdamMayor Jenderal TNI Agus Surya BaktiKasdamBrigadir Jenderal TNI Supartodi

Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin(atau Kodam XIV/Hasanuddin) merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan TNI Angkatan Darat yang meliputi provinsi Sulawesi BaratSulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Pangdam Hasanuddin yang sekarang menjabat adalah Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti. Ia dilantik pada tanggal 28 Oktober 2015, menggantikan Mayor Jenderal TNI Bachtiar. Kodam ini bermarkas di MakassarSulawesi Selatan. Sebelumnya Kodam ini bernama Komando Daerah Militer VII/Wirabuana.

 

Sejarah

Reorganisasi di jajaran TNI, terutama di lingkungan TNI-AD dilakukan pada pertengahan dasawarsa 1980-an. Proses penyempurnaan yang menuju ke arah modernisasi angkatan daratini, secara esensial bertujuan memantapkan kekuatan TNI-AD yang efektif dan efisien serta mampu mengemban tugas pokok TNI AD. Untuk merealisasikan kebutuhan tersebut, pada awal tahun 1985 Jenderal TNI Benny Moerdanimelakukan reorganisasi di lingkungan kompartemen kewilayahan, dengan Kodam yang semula berjumlah 17 disederhanakan menjadi 10 Kodam. Penyederhanaan ini didasarkan atas kebutuhan dan hakikat ancaman pada saat itu. Keberadaan Kowilhan beserta Kodam-Kodam, terutama di luar Pulau Jawa dianggap tidak efisien, baik dari segi penggunaan dan pemusatan kekuatan maupun dari segi anggaran Hankam. Untuk itu dianggap mendesak untuk melakukan reorganisasi untuk mewujudkan postur pertahanan yang efektif dan efisien. Khusus untuk wilayah Sulawesi yang merupakan pintu masuk utama Kawasan Timur Indonesia, membutuhkan suatu institusi pertahanan matra darat yang kokoh dan terkendali serta mampu berperan sebagai pengendali stabilitas keamanan di wilayah. Keberadaan dua Kodam di wilayah Sulawesi, yaitu Kodam XIII/Merdeka dan Kodam XIV/Hasanuddin, yang membagi wilayah Pulau Sulawesi ke dalam dua wilayah pertahanan, tidak efektif lagi untuk mewujudkan konsepsi pertahanan.

Reorganisasi

Pada tanggal 12 Februari 1985, Kepala Staf TNI Angkatan DaratJenderal TNI Rudinimengeluarkan surat keputusan tentang likuidasi Kodam XIII/Merdeka dan Kodam XIV/Hasanuddin menjadi Kodam VII/Wirabuana. Pada tanggal 1 Mei 1985, sebagai tindak lanjut keputusan tersebut, Kodam VIII/Merdeka di Manado secara resmi dilikuidasi. Kodam XIV/Hasanuddin di Makassar menyusul beberapa hari kemudian, pada tanggal 3 Mei 1985. Setelah kedua Kodam tersebut dilikuidasi, maka di wilayah Sulawesi hanya ada satu Kodam. Perwira tinggi TNI-AD yang menjabat sebagai panglima pertama Kodam VII/Wirabuana adalah Brigjen. TNI Nana Narundana. Meskipun Kodam VII/Wirabuana berdiri pada tanggal 12 Februari 1985, namun tanggal 20 Juni 1950 ditetapkan sebagai hari jadinya. Penetapan hari jadi tersebut didasarkan atas peristiwa pembentukan Komando Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur, pada tanggal 20 Juni 1950.[1]

Likuidasi Kodam Wirabuana

Lambang Lama Kodam VII/Wirabuana

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono memimpin upacara peresmian perubahan nama Kodam VII/Wirabuana menjadi Kodam XIV/Hasanuddin di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 April 2017.[2] Perubahan nama Kodam VII/Wirabuana menjadi Kodam XIV/Hasanuddin ini merupakan bagian dari program penataan organisasi TNI AD sesuai dengan Rencana Strategis 2015-2019 untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan tugas, peran dan fungsinya dalam menegakkan kedaulatan negara dan menjaga keutuhan wilayah NKRI.[3]

Komando Satuan Pelaksana Kodam XIV/Hasanuddin

Satuan Teritorial

Kodim 1408/BS di Makassarmerupakan Kodim berdiri sendiri (BS) Korem 141/Todopulli di Watampone membawahi sebelas Kodim dan satu Batalyon Infanteri, yaitu:

Kodim 1406/WajoKodim 1407/BoneKodim 1409/GowaKodim 1410/BantaengKodim 1411/BulukumbaKodim 1415/SelayarKodim 1422/MarosKodim 1423/SoppengKodim 1424/SinjaiKodim 1425/JenepontoKodim 1426/TakalarYonif 726/Tamalatea

Korem 142/Taroada Tarogau di Parepare membawahi 10 Kodim dan satu Batalyon Infanteri, yaitu:

Kodim 1401/Majene berkedudukan di MajeneKodim 1402/Polmas berkedudukan di PolewaliKodim 1403/Luwu berkedudukan di PalopoKodim 1404/Pinrang berkedudukan di PinrangKodim 1405/Parepare berkedudukan di ParepareKodim 1414/Tator berkedudukan di TatorKodim 1418/Mamaju berkedudukan di MamujuKodim 1419/Enrekang berkedudukan di EnrekangKodim 1420/Sidrap berkedudukan di SidenrengKodim 1421/Pangkep berkedudukan di PangkajeneYonif 721/Makkasau berkedudukan di Benteng Pinrang

Korem 143/Halu Oleo di Kendari membawahi empat Kodim dan satu Batalyon, yaitu:

Kodim 1412/KolakaKodim 1413/ButonKodim 1416/MunaKodim 1417/KendariYonif 725/Waroagi

Satuan Bantuan Tempur[sunting | sunting sumber]

Yonkav 10/Serbu MendagiriYon Armed 6-76/TamarunangYon Zipur 8/Sakti MandragunaYon Arhanudse 16/Maleo

Satuan Tempur

Yonif Raider 700/Wira Yudha CaktiYonif 721/MakkasauYonif 725/WaroagiYonif 726/Tamalatea

Satuan Pendidikan

Resimen Induk Kodam XIV/HasanuddinSecaba Rindam XIV/HasanuddinSecata Rindam XIV/HasanuddinDodiklatpur Rindam XIV/HasanuddinDodikjur Rindam XIV/HasanuddinDodikbelanegara Rindam XIV/Hasanuddin

Panglima Kodam

Sejak tahun 1957 hingga dilikuidasi pada 13 April 1983, Panglima Kodam Hasanuddin telah dijabat oleh 10 perwira tinggi TNI-AD, yaitu: Letkol Inf. Andi MattalattaBrigjen. TNI M. JusufBrigjen. TNI Solihin G.P.Brigjen. TNI SajidimanBrigjen. TNI Abdul Azis BustamBrigjen. TNI Hasan SlametBrigjen. TNI Endang SukmaBrigjen. TNI KusnadiMayjen. TNI Sugiarto, dan Mayjen. TNI Sutedjo.

Panglima Teritorium VII/Indonesia TimurLetnan Kolonel A.Y. MokogintaPanglima T&T VII/WirabuanaKolonel Inf Alex Evert Kawilarang (24 April 1950)Kolonel Inf Gatot Subroto (3 Januari 1952)Kolonel Inf Joop Warouw (3 Januari 1953)Letnan Kolonel Inf Ventje Sumual (1 Agustus 1956)Panglima Kodam XIV/HasanuddinLetnan Kolonel Inf Andi Mattalatta (1 Juni 1957)Brigadir Jenderal TNI M. Jusuf(6 November 1959)Brigadir Jenderal TNI Solihin G.P. (27 Desember 1965)Brigadir Jenderal TNI Sajidiman(3 Agustus 1968)Brigadir Jenderal TNI Abdul Azis Bustam (16 Maret 1970)Brigadir Jenderal TNI Hasan Slamet (10 April 1973)Brigadir Jenderal TNI Endang Sukma (22 September 1975)Brigadir Jenderal TNI Kusnadi(10 Agustus 1977)Mayor Jenderal TNI Sugiarto (19 Mei 1979)Mayor Jenderal TNI Sutedjo (13 April 1983)Panglima Kodam VII/WirabuanaMayor Jenderal TNI Nana Narundana (1985 - 1988)Mayor Jenderal TNI Rusmadi Siddik (1988 - 1991)Mayor Jenderal TNI Zainal Basri Palaguna (1991 - 1993)Mayor Jenderal TNI Sofian Effendi (1993)Mayor Jenderal TNI Tamlicha Ali(1993 - 1995)Mayor Jenderal TNI Sulatin(1995 - 1997)Mayor Jenderal TNI Agum Gumelar (1997 - 1998)Mayor Jenderal TNI Suaidi Marasabessy (1998 - 1999)Mayor Jenderal TNI Agus Wirahadikusumah (1999 - 2000)Mayor Jenderal TNI Slamet Kirbiantoro (2000)Mayor Jenderal TNI A. Yahya(2000 - 2002)Mayor Jenderal TNI Amirul Isnaini (2002 - 2003)Mayor Jenderal TNI Suprapto(2003 - 22 Juni 2005)Mayor Jenderal TNI Arief Budi Sampurno (22 Juni 2005 - 4 September 2007)Mayor Jenderal TNI Djoko Susilo Utomo (4 September 2007 - Desember 2009)Mayor Jenderal TNI Hari Krisnomo (Desember 2009 - Juni 2010)Mayor Jenderal TNI Amril Amir(Juni 2010 - 12 Agustus 2011)Mayor Jenderal TNI Muhammad Nizam (12 Agustus 2011 - 19 Juni 2013)Mayor Jenderal TNI Bachtiar (19 Juni 2013 - 28 Oktober 2015)Panglima Kodam XIV/HasanuddinMayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti (28 Oktober 2015 - sekarang)

Laskar Merah Putih Markas Daerah Sulawesi Selatan Selamatkan Tugu Pendaratan TNI dari kepunahan

Laskar Merah Putih Markas Daerah Sulawesi Selatan Selamatkan Tugu Pendaratan TNI dari kepunahan.